Part 3 Chapter 6

33 7 3
                                    

Suara ketukan heelsku menegaskan langkahku yang mengebu-gebu, aku mengerem mendadak langkahku saat dengan tiba-tiba menemukan mereka duduk-duduk diruang break area, jauh dari tempat pertama kali mereka bertemu. hampir saja dengan terang-terangan aku memperlihatkan diri.

aku mengintai mereka dari balik tembok, mereka duduk bersebelahan namun saling berjauhan meski begitu mereka tak berhenti mengobrol "ah aku tak bisa mendengar apa-apa dari sini"ucapku sedikit kecewa meski memasang telingapun tetap saja hasilnya nihil. "apa pantas seorang brand manager mengobrol diwaktu kerjanya"gerutuku tak berhenti mengintai mereka dengan tatapan menyelidik, aku menyelipkan poni panjangku dikedua sela telingaku masih berusaha agar ada sesuatu yang berhasil kudengar. ponselku berdering celakanya sejak dulu aku selalu mengatur volume paling keras untuk nada dering telfonku dan kini ponselku berdering sangat keras "but you only need the light when it's burning low Only miss the sun when it starts to snow Only know your lover when you let her go" aku terkejut bukan main saat pandangan gilang dan asky berkeliling dengan segera aku memundurkan kepalaku dan dengan gerakan cepat pula aku merogok saku blazerku ponselku makin berdering karena panik aku mengetuk layar handphoneku berkali-kali padahal hanya membutuhkan satu kali usapan untuk menolak panggilan. tapi syukurlah tak ada suara lagi, aku membuka casing dan mencabut paksa baterai handphoneku demi mencegah datangnya panggilan susulan.

aku menyandarkan kepalaku didinding, masih bisa kurasakan jantungku yang menderu aku mengatur nafas pastilah gilang dan asky mendengarnya "apa yang harus kulakukan?"ucapku panik tak berani untuk kembali mengintip yang saat ini ingin kulakukan adalah tetap bersembunyi dibalik tembok ini.

setelah memastikan sekitaran aman, aku memberanikan diri untuk memunculkan kepalaku namun hanya bagian wajah kiriku yang kuperlihatkan, mataku membelalak saat mendapati ruang break area kosong. kemana perginya mereka? aku beranjak dari tempat persembunyian tubuhku kutampakkan keseluruhan ruangan itu benar-benar kosong, dalam hatiku bingung aku menghela nafas.

mataku melirik diarah kiriku setelah kutangkap sekelelebatan dipelipis mataku, aku terkejut hingga berteriak saat kutemukan gilang disebelahku, tanganku masih dalam kondisi menutup mulut "gi.. gilang"ucapku terbata, gilang melipat kedua tangannya didada ia menaikan alisnya tinggi tatapannya mengintaiku kini, aku menyengir "dari mana kau datang?"ucapku menghindari berkontak mata dengannya, aku masih heran mengapa aku tak merasakan keberadaannya hingga ia tiba disebelahku. "dari tadi aku berada dibelakangmu"jawab gilang yang membuatku kembali bingung "eh?"ucapku makin terkejut aku tertawa cengengesan "sepatumu bagus saat kau berjalan ia tidak menimbulkan suara"ucapku lagi memandangi sepatunya lalu tertunduk aku memanyunkan bibir kesal saat dirinya memergokiku. terdengar helaan nafas Gilang "kau tau, tidak baik mengintip orang lain"ucapnya tangannya menganggat daguku agar aku menatap matanya, "lain kali jangan lupa untuk mensilentkan ponselmu"katanya lagi ia menurunkan kembali wajahku lalu melangkah pergi meninggalkanku. "ah aku bodoh sekali"ucapku sembari menepuk-nepuk keningku. aku mengigit bibirku lalu menyeka poniku keatas hingga jatuh kembali hembusan nafasku meniupkan poni panjangku.

apa yang harus kuperbuat sekarang, Gilang pasti mengolok-olokkanku bisakah aku pindah ruangan kerja?

Beloved Crime GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang