The Attack

464 110 44
                                    

Melihatnya,
Mendengarnya,
Merasakannya.
Apa hanya aku yang mengalaminya?

- Lutfia Ihwani Umar






















" Lutfia, " Prof. Wade buka mulut. "Anda baik - baik saj- "

PPAAK !
PPAAK !

Dan sekumpulan kawanan gagak hitam menabrak kaca jendela tepat disampingku. Mematahkan leher mereka sendiri dan meninggalkan bekas darah yang melekat dikaca.

Kaca jendela bergetar hebat setiap kali mereka menabrakkan dirinya dan menakuti kami apakah kacanya akan pecah dan tidak lagi melindungi kami dalam kelas.

CKREEEEK !!

Kacanya retak.

Semua murid berteriak histeris sementara aku terdiam seribu bahasa.

Semua murid bangkit menjauh dari jendela. Bahkan Prof. Wade terlalu terkejut untuk berkata apa - apa. Semua murid terpaku ke jendela dengan burung gagak hitam yang menyerang diri mereka sendiri melawan kaca. Bisa kurasakan lututku bergetar hebat.

Apa mereka menginginkanku?

Susah payah aku mengontrol kakiku untuk tenang dan berjalan mundur ke belakang dengan gemetar. Punggungku menabrak bahu seseorang saat aku berjalan mundur. Mataku masih terpaku di kaca jendela yang diserbu dengan kawanan gagak hitam segelap malam, mematahkan leher mereka sendiri karena menabrak kaca highschool yang cukup kuat.

Murid semakin teriak histeris sebanyak gagak yang menabrak kaca dan darah yang mengotorinya. Beberapa yang cukup berani merekamnya dan berharap mendapat banyak penonton di akun Youtube mereka.

Susah payah kugerakkan kakiku yang gemetar tidak karuan untuk mengambil langkah mundur lebih jauh lagi.

Aku bersembunyi di balik bahu seseorang. Mataku tidak berhenti memperhatikan kaca di depanku yang dipenuhi darah dan bulu gagak yang melengket.

Sendirian di belakang aku bersembunyi di balik bayangan.

Aku tahu sesuatu yang mereka tidak tahu.

" Mejauh dari jendela! " pekik Prof. Cameron Wade.

Rasa takut mendatangiku lagi. Bisa kurasakan air mata menggenangi mataku. Dadaku kempas - kempis susah payah mengatur napas. Aku ketakutan setengah mati, hingga berharap aku lebih baik mati. Namun aku terkejut saat seseorang memelukku.

Pemikiranku teralih.

Rambut blonde-nya yang familiar.. Aku tahu itu dia. " P-Peter ? "

" It's okay. I'm here, "

Peter. Peter Wylan.
Aku benar - benar merasa mengenalnya. Tapi aku tidak bisa mengingat dengan jelas. Kurasa aku mengenalnya, dulu. Tapi aku tidak yakin.

Aku tidak mau menjadi sok kenal seperti, Hey! Kau ingat aku? Karena aku mengenalmu. Bayangkan jika lawan bicara mengatakan tidak kenal.

Percaya padaku. Memalukan. Aku pernah mengalaminya.

" Gagaknya mati! " seru salah satu siswa yang mendekat ke jendela saat tidak ada lagi gagak yang menyerbu kaca.

Tentu mati -_- nabrak kaca, leher patah.. Ya tentu mati.

Semua murid hanya bisa bersyukur kaca jendela cukup kuat. Tapi seperti murid lain, aku lepas dari pelukan si murid baru Peter dan memberanikan diri berjalan mendekat. Aku menyingkirkan tubuh murid lain yang sibuk melihat keluar jendela. " Ayolah, kalian sudah lihat. " mereka menyingkir. Aku dan Peter melihat keluar jendela, dan kami refleks menutup mulut.

The Author #Wattys2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang