The Jerks

335 95 10
                                    

Never in my life have I felt so helpless and terrified.

- Lutfia Ihwani Umar



















Rechap :

Seluruh skenario terasa seperti mimpi. Kejadian seperti ini tidak pernah kualami sebelumnya. Aku biasa melihat foto - foto orang hilang di internet dan berita. Tapi tidak pernah membayangkan hal seperti itu akan terjadi padaku.

Aku bisa membayangkan orang tuaku mengirim foto terbaikku ke polisi dan kemudian disebar dengan tulisan 'ANAK HILANG'.

>>>>><<<<<

Dua pria besar itu ada hubungannya dengan teror itu?

Kurasa ya. Mungkin juga tidak.

Entahlah, aku tidak tahu pasti.

Salah satu dari mereka menggenggamku tapi meleset satu inci.

Suara larian mereka dibelakangku memotivasiku untuk terus berlari.

Aku hampir sampai di lorong yang terhubung dengan jalan raya. Sedikit lagi berhasil. Aku bisa kabur!

Tidak mungkin mereka mau melukaiku ditempat umum, kan?

Kemudian aku merasakan tangan berotot yang tiba - tiba melilitku dari belakang.

Aku berteriak seperti sedang dibunuh.

Tidak ada seorangpun di area konstruksi yang bisa kumintai tolong dan aku hanya bisa berdoa untuk memohon keajaiban apapun.

Aku bahkan tidak sadar kalau aku menangis saat pandanganku perlahan buram.

Aku berusaha melepaskan lilitan lengannya dengan meronta sekuat yang kubisa.

Lengan berototnya melilitku dan menekan beberapa memar di tubuh. Aku kesakitan setengah mati.

Aku tidak berhenti berteriak.

Sebagian karena aku ketakutan, dan sebagian lagi berharap seseorang mendengar dan menolongku.

" Buat dia diam! " seru si rambut hitam panjang yang melilitku.

Pria yang memiliki sayatan diwajah menatapku. Tapi aku masih tidak berhenti berteriak. Dan si pria berambut hitam panjang, kedua lengannya sibuk melilitku yang sibuk meronta. Dan jika dia melepaskan satu lengannya untuk membungkam mulutku yang terus teriak, aku otomatis bisa kabur.

" Diam, nona muda. Atau kaos kakiku akan masuk ke mulutmu. "

Tindakan yang salah.

" AAAAAHHHH !!!! "

Aku teriak lebih histeris dari sebelumnya.

Ew, menjijikkan!
Hueeekk !!!

Si pria bermuka sayatan refleks menutup mulutku untuk diam dengan telapak tangannya. Aku mendesah, " Hmph! Hmphhh !!! "

" Diam! "

" Hmphhhhh !!!! " aku teriak lebih keras dalam bungkaman.

" Goddamnit. Do y'think you can hold her while I find the rope in the van? " (Sial. Kau bisa menahannya sementara aku mencari tali di van?)

Tali.

Mendengar kata tali mataku membelalak lebih besar. Apa yang akan dilakukannya padaku dengan tali?!!!

Aku meronta lebih kuat dan teriak sekuat yang kubisa berharap seseorang mendengarku. Aku tidak peduli lagi rasa sakit dari memar ditubuhku yang dililit oleh lengan berototnya. Aku terus berteriak.

Ketika aku berteriak keras lagi, si pria berambut hitam panjang refleks melepas lilitan lengan kanannya ditubuhku dan menggunakannya untuk membungkam mulutku.

Kesempatan!

Aku sedikit meronta lagi dan kembali berlari.

Tapi aku baru berlari dua langkah saat seseorang menarik ranselku dari belakang.

Aku tersontak mundur ke belakang dan hampir jatuh. Aku baru mau melepaskan tali ransel di bahuku yang mereka genggam dan lanjut berlari saat pria si wajah sayatan menangkapku dan mencegahku kabur.

" Mau kemana kau, nona muda? " tanyanya.

" Please! I don't have any money! " aku tahu. Cara klasik kabur dari penjahat, mengatakan tidak punya uang sepeser pun.

Tapi percayalah. Kau mengatakannya, dan mereka akan lebih bersemangat. Dan itu kesalahanku karena tidak sengaja mengatakannya.

" Kau lebih berharga dibanding uang- "

Dia terhenti karena auman suara mesin.

Sebuah sepeda motor tiba - tiba masuk ke lorong menuju area konstruksi dengan kecepatan tinggi.

Aku tidak bisa mengenali pengendara sepeda motor itu yang memakai jaket kulit hitam dan helem hitam.

Tapi aku bisa melihat ekspresi wajahnya dibalik kaca helem. Lelaki. Dan aku tidak tahu siapa.

Perasaanku mengatakan dia bukan salah satu dari mereka. Dan aku hanya bisa berdoa kalau itu benar.

" Help !!! " aku berteriak, berusaha menarik diri dari lilitan lengan berotot pria brengsek ini.

Si bangsat yang melilitku, melilitku lebih kuat. Aku harusnya merasakan perih yang amat sangat karena dia menyentuh memar - memar biru di tubuhku.

Tapi aku melupakan itu semua dan terus berusaha menarik diri dari lilitannya, meski aku tahu itu sedikit mustahil karena tubuhnya yang besar dan berotot tidak sebanding dengan tubuhku.

Jantungku rasanya meloncat keluar saat si pria bermuka sayatan merogoh saku belakangnya dan mengeluarkan sesuatu yang membuat mataku melebar.








.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



VOTE & COMMENT

COMMENT yang banyak, aku suka dapat comment.

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.




VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE





SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar








Follow »»»

Twitter : @Lutfia_Umar

Instagram : lutfia_ihwani_umar




The Author #Wattys2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang