The Construction Area

331 95 8
                                    

Kuharap telingaku sedang tidak mengalami gangguan pendengaran atau semacamnya.
Aku merasa diawasi dan kali ini aku mendengar suara 'manusia'.

- Lutfia Ihwani Umar


















Rechap :

Aku lepas dari jalanan dan tanpa berpikir berbelok kemanapun kakiku membawa. Pikiranku kosong. Satu - satunya yang kupikirkan, pergi sejauh mungkin meski perasaan takut itu terus mengitariku dan membunuh perlahan. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan atau apa yang kakiku pikirkan tepatnya hingga membawaku ke tempat konstruksi yang sepi.

Tidak ada seorangpun.

Celaka!

" This is very dangerous area, young lady. "

Aku terlalu terkejut untuk berbalik dan terlalu capek untuk bergerak. Ini mungkin karena pengaruh klaksonan mobil yang begitu keras hingga mempengaruhi pendengaranku. Tapi.. Seluruh tubuhku menegang.

Suara manusia?

>>>>><<<<<

Aku berbalik dan melihat dua pria besar muscular berjas. Satu pria berambut hitam panjang sebahu (awalnya aku mengira dia wanita). Kemudian satu pria lagi memiliki bekas luka sayatan di wajah menatapku dengan tatapan benci.

" I'm so sorry, " kataku gemetar. " Aku tidak bermaksud masuk. Aku keluar sekarang, "

Mereka menatap satu sama lain. Devil smile mereka meledakkan jantungku dan aku berusaha mengatur napas agar terlihat normal. Sekarang mereka begitu mengintimidasi.

" Please come with us, Ms. Lutfia. " kata pria yang memiliki sayatan diwajah.

Seluruh bulu kudukku berdiri dan napasaku terhenti. " How do you know my name? " (Bagaimana kau tahu namaku?)

" That isn't important. Please don't think about running. You'll only make this harder than it needs to be. " (Itu tidak penting. Tolong jangan berpikir tentang lari. Kau hanya akan membuatnya lebih sulit dari yang seharusnya.)

Kakiku gemetar panik dan aku kesulitan bernapas.

Tidak ada orang lain disekitar, dan mereka tidak terlihat seperti pria yang bisa menerima 'tidak'sebagai sebuah jawaban.

Perasaanku tidak enak dan perutku mulas sementara mereka berjalan maju mendekat.

Aku melakukan satu - satunya hal yang bisa kupikirkan.

Lari.

Dua pria mengejarku sangat cepat untuk pria besar seukuran mereka.

Belum lama aku berlari lututku sudah bergetar terlalu hebat dan tidak memungkinkanku untuk berlari lebih jauh lagi. Ranselku cukup berat untuk berlari. Aku mulai kesulitan bernapas dan jantungku sendiri membunuhku perlahan. Jika aku berhenti, mereka menangkapku.

Aku tidak punya pilihan lain selain terus berlari menghindari mereka, berputar - putar berlari di lokasi konstruksi berharap mereka menyerah dan berhenti mengejarku. Meski aku tahu mereka tidak akan menyerah sampai mendapatkanku, dan aku terlalu capek untuk berlari lebih jauh lagi.

Aku mulai tidak bernapas.

Aku tidak mengenal mereka dan entah kenapa mereka menginginkanku.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Aku tidak tahu kegilaan apa lagi yang sedang terjadi.

Aku menimbang - nimbang untuk melempar ranselku yang berat dan lanjut berlari agar beban yang ditanggung kakiku berkurang.

Kakiku sudah cukup berjasa menopang tubuhku berlari dan bebannya harus bertambah karena ranselku yang berat. Aku hampir melempar ranselku ketika aku memikirkan buku - buku gaib yang kupinjam di perpustakaan.

Buku - buku mitos yang kupinjam di perpustakaan sekolah ada hubungannya dengan kejadian aneh yang terjadi padaku. Dan aku tidak bisa membuang buku ini bersamaan dengan ranselku begitu saja.

Aku putus asa berlari. Tidak ada tempat untuk sembunyi dan tidak ada orang yang bisa dimintai tolong. Satu - satunya yang bisa kulakukan hanya berlari sejauh mungkin dari mereka sampai aku menemukan seseorang yang bisa dimintai tolong.

Aku bisa mendengar langkah kaki mereka dibelakang yang mengejarku dan semakin mendekat.

Panik dan aku sadar aku berlari terlalu lambat. Kenapa ada begitu banyak lari?

Hhh!

Teror mendatangiku tanpa henti. Teror disekolah, memar dan luka ditubuh, kesulitan bernapas, jantung yang sakit disetiap degupan kencangnya, perasaan takut yang membunuh, lutut yang gemetar, bunuh saja aku.

Aku ingin sekali teriak, Hey! Bisa memberiku waktu semenit istirahat dari teror ini?!

Tapi aku tahu aku tidak bisa melakukan itu.

Kakiku terasa mau patah berlari terus. Tapi aku tidak bisa berhenti.

" You can't get away! " (Kau tidak bisa kabur!) salah satu dari mereka berteriak. Bahkan mereka tidak kedengaran kesulitan bernapas karena terlalu banyak berlari.

Paru - paruku terbakar dan aku sungguh tidak bisa bernapas. Rasanya seperti sama sekali tidak ada udara di bumi tempatku berada.

Seluruh skenario terasa seperti mimpi. Kejadian seperti ini tidak pernah kualami sebelumnya. Aku biasa melihat foto - foto orang hilang di internet dan berita. Tapi tidak pernah membayangkan hal seperti itu akan terjadi padaku.

Aku bisa membayangkan orang tuaku mengirim foto terbaikku ke polisi dan kemudian disebar dengan tulisan 'ANAK HILANG'.









.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


VOTE & COMMENT

COMMENT yang banyak, aku suka dapat comment.

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE


SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar










Follow »»»

Twitter : @Lutfia_Umar

Instagram : lutfia_ihwani_umar

The Author #Wattys2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang