Part 11

1.3K 97 4
                                    

Siang berganti malam. Dan kini gelap malam sudah mulai digeser oleh cahaya mentari.

"Kak," panggil Gracia pada Nat yang sedang menarik koper. Nat berbalik.

"Ya?"

"Em ... Sha ...." Gracia tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Nggak papa. Ayo, kita udah ditunggu Ce Sofia," sahut Nat, mengalihkan pembicaraan. Gracia mengangguk pelan. Mereka lalu berjalan keluar. Saktia sudah menunggu di luar bersama Sofia.

"Kalian cuman bertiga?" tanya Sofia, tetangga yang akan mengantarkan mereka ke bandara.

"Eh, anu, itu Ce ...." Kalimat Nat terpotong saat terdengar teriakan.

"Tunggu!" seru Shani. Nat, Gracia, dan Saktia berbalik. Mereka, terutama Gracia, menghembuskan nafas lega melihat Shani. Ia segera berlari membantu Shani yang terlihat kepayahan menarik kopernya.

"Sini aku bantu," kata Gracia.

"Makasih," sahut Shani.

"Aku juga makasih," bisik Gracia. Namun, entah pura-pura atau tidak, Shani terlihat tidak mendengarkan perkataan Gracia. Mereka lalu menarik koper Shani bersama.

"Pasti telat bangun ya?" goda Sofia. Shani hanya nyengir. Nat menatapnya agak bingung. Nyengir untuk menjawab pertanyaan itu bukan kebiasaan Shani. Namun Nat tak terlalu memikirkannya. Ia sudah sangat lega Shani akhirnya memutuskan untuk pergi bersama mereka.

Setelah koper-koper dimasukkan, mereka masuk ke mobil. Beberapa tetangga yang memang ingin melepas kepergian empat bersaudari itu melambaikan tangan saat mobil Sofia melewati mereka.

Di jalan, sambil menyetir, Sofia terus berbicara tanpa henti.

"Jepang jauh ya? Hati-hati lho kalian di sana. Jangan lupain Cece yang baik ini. Kirim-kirim kabar. Salam buat Papa. Sekali-sekali baliklah ke sini. Cece siap kok menampung kalian. Habis ini komplek pasti sepi, apalagi kalo rumah kalian belum ada yang beli. Duhh, belum-belum Cece udah kangen sama kalian."

"Hehe, iya Ce, siap," jawab Nat sopan.

"Cece mah baperan," sahut Saktia. Sofia tertawa kecil.

"Wajarlah. Kalian udah Cece anggep adik Cece sendiri. Seandainya Cece nggak ada kerjaan di sini, Cece pasti bakal ikut kalian ke Jepang," kata Sofia.

"Emang Cece punya duit?" tanya Gracia.

"Lah, emang kalian nggak mau bayarin Cece?" tanya Sofia balik.

"Enggak lah, Ce. Mahal tauk. Apalagi Cece kan gendut. Kan kalo kelebihan berat badan ada dendanya tuh," sahut Saktia, menggoda. Sofia tak merasa tersinggung. Ia tahu mulut Saktia memang kadang agak nakal. Ia malah tertawa. Shani dan Gracia juga.

Sementara Nat melirik Shani dari kaca spion. Meskipun Shani terlihat senang, Nat tahu, dari tatapan mata Shani, bahwa ia sedang berduka. Aku tahu berat rasanya buat pergi, dek. Tapi ini harus. Batin Nat.

:Ce, lampu merah tuh. Awas," kata Shani mengingatkan. Hampir saja Sofia menerobos lampu merah karena keasyikan tertawa.

"Aduh, Cece ini gimana sih? Udah gendut, ceroboh lagi," sahut Saktia.

"Yee, ini kan gara-gara kamu bikin Cece ketawa," jawab Sofia sambil melajukan mobilnya kembali karena lampu sudah hijau.

"Yahh, maaf deh kalo aku terlalu lucu Ce," kata Saktia dengan pedenya. Sofia tertawa lebih keras.

"Lucu banget sampe Cece pengin nurunin kamu disini," ujar Sofia di sela tawanya.

"Gak nyambung Ceee!" Gracia dan Saktia menyoraki Sofia bersamaan. Sofia kembali tertawa.

"Natalia? Dari tadi diem aja. Kamu sakit?" tanya Sofia yang sejak tadi menyadari kebisuan Nat.

"Eh, enggak Ce," jawab Nat.

"Kak Nat sedih tuh harus ninggalin Kak Ali," sahut Gracia.

"Ali? Ali siapa? Ali anak komplek sebelah?" tanya Sofia bertubi-tubi.

"Ihh, enggak Ce. Gre mulutnya yaa," ancam Nat pada Gracia.

"Iya, Ce. Ali Kei Chanzo yang itu," sahut Gracia tanpa mempedulikan ancaman Nat.

"Ciee, Natalia. Kamu kok nggak cerita sih ke Cece? Wah, kalian bakalan ldr dong nih," goda Sofia.

"Ihh, Cece apaan sih. Aku enggak ada apa-apa kok sama Ali. Lagian aku juga nggak terlalu kenal dia," bantah Nat.

"Wah, cinta searah ya berarti?" goda Sofia lagi.

"Iya tuh Ce, bener," sahut Saktia.

"Sak, Gre, kalian tuhhh. Jangan nyebarin gosip dehh," seru Nat kesal. Namun dibalik semua bantahannya itu, terlihat jelas bahwa pipi Nat memerah.

Kini gantian Shani yang hanya diam saja. Kak Nat sama Kak Ali? Kok aku baru tau? Kalo gitu, Kak Nat juga pasti ngerasain sedihnya harus pergi. Kata Shani dalam hati. Tapi kenapa Kak Nat masih pengin pergi?

Akhirnya, setelah perjalanan yang terasa cepat karena jalanan masih lenggang, mereka sampai di bandara.

Sofia memarkir mobilnya, lalu mereka mulai menurunkan koper masing-masing. Mata Shani tak sengaja melihat raut wajah Nat yang tampak sedih. Hanya sekilas, lalu Nat kembali tersenyum.

Kak Nat .... Kenapa? Batin Shani tak mengerti.

"Ayo, ayo buruan. Ntar ketinggalan lo kalian," seru Sofia.

"Cece mah teriak-teriak mulu, nggak bantuin," sindir Saktia.

"Yee, tar kalo Cece bantuin salah satu dari kalian, nggak adil dong sama yang lain," jawab Sofia.

"Yaudah bantuin semuanya lah Ce," sahut Gracia.

"Iya, Ce. Siapa tahu pulang dari sini Cece jadi kurus," timpal Shani.

"Huuu, dasar kalian tuh ya," cibir Sofia. Namun akhirnya ia membantu Shani menarik kopernya.

"Udah ya, Cece pulang," kata Sofia segera setelah mereka sampai di ruang tunggu.

"Yahh, Cece nggak pengertian ah. Tungguin kek sampe masuk pesawat," gerutu Gracia.

"Jangan ah, tar Cece ikut masuk lagi," kata Sofia sambil tersenyum. Namun keempat bersaudari itu menyadari tatapan ketidakrelaan di mata Sofia.

"Ce," kata Shani sambil memeluk Sofia. Gracia, Saktia, dan Nat juga melakukan hal yang sama.

"Kalian ...." Sofia tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya.

"Udah ah. Malu diliat penumpang lain," kata Sofia sambil melepaskan pelukan. Ia mengusap air matanya. Tak lama, terdengar panggilan untuk penumpang pesawat yang akan berangkat ke Jepang.

"Jaga diri kalian baik-baik ya," pesan Sofia sebelum Nat dan adik-adiknya masuk ke pesawat.

"Iya Ce," jawab mereka bersamaan.

"Natalia, jangan galak-galak sama adik-adikmu. Saktia, jangan main-main terus. Bantuin kakakmu. Gracia, ingetin saudara-saudaramu buat jaga kesehatan. Shani, kalo ada apa-apa kamu harus cerita ke yang lain. Jangan disimpen sendiri. Gracia, jagain Shani. Ingetin dia kalo dia punya banyak orang yang sayang sama dia," kata Sofia lagi.

"Cece juga hati-hati ya," kata Nat, lalu memeluk Sofia untuk terakhir kalinya.

"Cece juga jangan lupa makan," kata Saktia. Ia memeluk Sofia untuk beberapa saat.

"Ce, olahraga harus jalan terus ya," kata Gracia. Gracia memeluk dan mencium pipi Sofia.

"Makasih buat selama ini Ce," kata Shani. Ia juga memeluk Sofia. "Salam buat semuanya," bisik Shani, lalu melepaskan pelukan.

"Dahhh Ce Sofia," seru keempat bersaudari sambil melambaikan tangannya.

"Dahh," balas Sofia. Nat dan adik-adiknya kemudian masuk ke pesawat.

Karena Kita Semuanya Team | JKT48 Band&Shani [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang