Part 30

1.8K 104 16
                                    

Kata-kata Mario terus terngiang di pikiran Shani sampai saat ini. Sudah hampir setahun sejak kejadian itu, tapi Shani belum memutuskan pilihannya. Ia masih menjalani hari-harinya sebagai mahasiswi hukum di Jepang.

Nat, yang dulu berusaha menjauhkan Shani dari JKT48 band, kini malah berbuat sebaliknya. Nat dengan tak kenal lelah menceramahi Shani tentang bagaimana pentingnya diri Shani bagi JKT48 band. Tapi Shani hanya menampilkan senyuman abu-abu setiap Nat berkata bahwa ia sebaiknya kembali menjadi asisten JKT48 band.

Nat sendiri sudah lulus dengan nilai memuaskan. Ronald melamarnya sehari setelah ia diwisuda. Dan pernikahan mereka akan berlangsung bulan depan. Rencananya mereka akan menetap di Jepang setelah menikah.

Saktia sedang berusaha menyelesaikan skripsinya dengan otak ampas yang ia miliki. Saktia sudah punya rencana tentang apa yang akan ia lakukan setelah lulus. Saktia mengatakan bahwa jika Shani masih belum memutuskan pilihannya, ia yang akan menggantikan Shani sebagai asisten JKT48 band. Shani juga hanya tersenyum tipis saat Saktia mengutarakan rencananya itu.

Gracia, sama seperti Shani, masih meneruskan kuliahnya di Jepang. Lalu, setelah lulus, Gracia akan mengambil S2 di Jerman. Mungkin ia juga akan bekerja di sana nantinya.

Sementara JKT48 band sendiri tidak jadi, atau belum, bubar. Mereka masih terus menunggu keputusan Shani meskipun tahu Saktia yang akan berencana menggantikan Shani. Tapi bagi mereka Shani bukan lagi seorang asisten, tapi Shani merupakan bagian dari JKT48 band. Mereka adalah sebuah team.

Jeje yang paling gencar meminta Shani kembali bersama JKT48 band. Jeje bahkan menjanjikan banyak hal pada Shani, termasuk perubahan sikapnya menjadi lebih baik. Tapi Shani belum bergeming dengan janji-janji Jeje itu.

Siang itu, Jeje meminta bertemu dengan Shani. Pertemuan rutin, kalau kata Gaby. Jeje memang selalu pergi ke Jepang setiap sebulan sekali untuk menemui Shani dan membujuknya.

Anggota JKT48 band lainnya memang juga berusaha untuk membujuk Shani, tapi Jeje-lah yang paling memiliki niat untuk membawa Shani kembali. Mungkin karena merasa bersalah atas sikap salah pahamnya selama ini. Mungkin juga karena Jeje benar-benar menyadari pentingnya Shani.

Setelah selesai kuliah, Shani datang ke cafe tempat ia dan Jeje biasa bertemu. Saat itu salju sudah mulai mencair dan membuat genangan di beberapa jalan.

"Halo Shan," sapa Jeje saat Shani duduk di hadapannya. Shani hanya tersenyum kecil.

"Jadi gimana?" tanya Jeje. Shani mengangkat alisnya.

"Shan, kita emang bakal nunggu sampe lo lulus, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya. Lo bisa bilang iya sekarang dan kita bakal mempertahankan band sampe waktunya. Kalo lo nggak bilang apa-apa kayak gini, mungkin kita emang belum bubar, tapi kita udah nggak punya semangat sama sekali buat nerusin band. Kalo lo bilang enggak ...," Jeje menghentikan kalimatnya.

"Kalo enggak?" tanya Shani. Jeje menatap Shani.

"Kalo enggak, kita bakal bubar. Karena udah nggak ada lagi yang bisa dipertahanin," jawab Jeje.

"Ci, band itu kan terbentuk karena Kak Melody. Harusnya emang udah bubar pas Kak Melody meninggal," kata Shani. Jeje terhenyak. Ia tak menyangka Shani akan berkata seperti itu.

"Jadi maksud lo, lebih baik bubarin band?" tanya Jeje lirih.

"Aku nggak bilang gitu," jawab Shani santai. "Tapi kalo Ci Jeje nganggepnya gitu, terserah."

Jeje diam. Lalu ia mengambil tasnya dan berdiri.

"Kalo itu yang lo mau," katanya pelan. Kemudian ia berjalan pergi.

Karena Kita Semuanya Team | JKT48 Band&Shani [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang