Part 8

1.4K 97 0
                                    

Dua hari setelah itu ....

Shani menatap langit-langit kamarnya bersama Gracia. Siang itu mereka -sebenarnya hanya Shani- akan menghadiri sidang pertama tentang kecelakaan yang mengakibatkan Melody meninggal. Sebenarnya bukan sidang juga,karena kasus ini tidak sampai dibawa ke ranah hukum. Hanya seperti perundingan antar dua keluarga. Keluarga Melody dan Shani.

"Apa kira-kira yang bakal mereka lakuin? Apa mereka bakal masukin aku ke penjara?" gumam Shani.

"Bukannya Kak Nju bilang dia nggak nyalahin kamu atas kematian Kak Melody?" tanya Gracia.

"Mungkin itu pendapat Kak Nju. Siapa yang tahu apa pendapat keluarga yang lain? Apalagi Kak Jeje juga nggak bisa maafin aku. Mungkin aja ada yang sependapat sama Kak Jeje. Dia juga akan dateng hari ini kan?"

"Hmm, yah. Tapi aku rasa mereka nggak mungkin masukin kamu ke penjara, deh," timpal Gracia.

"Nggak ada yang nggak mungkin, Gre."

"Shan, Gre. Ngapain kalian? Ayo turun, Kak Kinal sama Kak Ve udah nunggu," kata Saktia tiba-tiba. Shani dan Gracia bangkit, lalu mengikuti Saktia turun.

"Hai, Shan. Hai, Gre. Apa kabar?" sapa Ve.

"Baik Kak," jawab Gracia, sementara Shani hanya mengangguk.

Setelah semua kejadian ini, tentu aku baik-baik aja. Kata Shani dalam hati.

"Tenang aja. Kita akan selalu ngebela kamu kok," kata Ve seakan tahu apa yang dipikirkan Shani.

"Nggak akan terjadi apa-apa," kata Kinal juga.

"Shan, kalo kamu mau, aku bisa telponin Pa ...," kata Nat.

"Nggak perlu," potong Shani sambil menggeleng dengan keras.

Papa nggak perlu tahu hal ini. Kalaupun beliau tahu, apa beliau peduli sehingga akan melakukan sesuatu? 

"Yaudah kalo gitu. Ayo. Shania udah nunggu," kata Kinal. Ia dan Ve berdiri dan mengajak Shani pergi.

"Emmm, Kak," panggil Gracia. Ve dan Kinal menoleh.

"Apa aku boleh ikut?" tanya Gracia. "Kalau Kak Nat dan Kak Saktia nggak bisa, apa aku boleh? Aku kembaran Shani, dan aku ngerasa harus ada di deket dia," tambah Gracia. Ve dan Kinal saling pandang.

"Err, jangan dipikirin Kak. Gre cuman asal ngomong," sahut Saktia cepat. Ia mendelik pada Gracia. 

"Aku rasa nggak ada yang keberatan," kata Kinal. "Tapi, kayaknya kakakmu nggak setuju." Kinal melirik Nat.

"Kak Nat, boleh ya? Aku pengin nemenin Shani. Kak Nat dan Kak Saktia kan nggak bisa, jadi biar aku aja ya? Daripada aku di rumah sendiri. Boleh ya?" pinta Gracia. Nat hanya diam dan menatap adiknya itu.

"Pliss," mohon Gracia lagi. Akhirnya Nat mengangguk.

"Makasih Kak. Aku bakal jagain Shani," kata Gracia sambil memeluk Nat. Nat diam saja.

Akhirnya, Ve, Kinal, Shani, dan Gracia pergi. Saktia melambaikan tangannya, sementara Nat hanya menatap mobil Kinal sampai menghilang di belokan.

"Kak," panggil Saktia. Nat menaikkan satu alis.

"Kenapa Kakak nggak mau ikut? Kenapa aku nggak boleh ikut juga? Tapi kenapa Gre boleh? Aku kan juga pengin jagain Shani," tanya Saktia.

"Kamu cuman pengin ketemu Dhike, bukan jagain Shani," kata Nat. Saktia memonyongkan bibirnya.

"Oke lah, itu aku. Kak Nat sendiri? Kakak nggak bener-bener ada acara penting kan?" tanya Saktia lagi.

"Siapa bilang? Habis ini aku pergi kok," jawab Nat lalu berjalan masuk ke rumah.

"Eh, tunggu. Jadi aku ditinggal di rumah sendirian nih? Aku kira Kak Nat boong bilang mau pergi. Tau gitu tadi aku maksa ikut aja. Kak Nat! Eh, Kak Natttt! Dengerin dong!!" seru Saktia sambil mengejar Nat yang masuk ke kamarnya.

Nat mengunci pintu kamar dan membiarkan Saktia berteriak-teriak di depan pintu.

Apa Kak Melody sadar sama apa yang dia lakuin? Apa dia tahu siapa Shani? Apa Shania juga inget siapa aku?  Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran Nat.






Author's note:

Halo! Maaf ya, kemaren Selasa kelupaan mau update. Sebagai gantinya, hari ini aku publish dua part. Makasihhh

Karena Kita Semuanya Team | JKT48 Band&Shani [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang