Part 12

1.3K 87 1
                                    

Akhirnya, setelah 8 jam perjalanan, mereka tiba di bandara Narita, Tokyo. Seorang wanita yang terbilang masih muda menunggu mereka sambil mengangkat kertas hvs berisi tulisan 'Purnomo'. Saktia berlari menghampiri wanita itu.

"Tante lupa wajah kita ya sampe pake papan gitu?" tanya Saktia tanpa memberi salam ataupun menyapa.

"Saktia, kamu tuh. Bilang halo dulu," sahut Nat mengingatkan. Saktia nyengir. Sementara wanita yang dipanggil 'Tante' itu hanya tertawa.

"Halo Tante," sapa Saktia dengan nada manja.

"Halo juga, Via sayang," balas wanita itu. Ia memeluk Saktia.

"Tantee!" seru Gracia. Wanita itu melepaskan pelukannya pada Saktia, lalu memeluk Gracia.

"Aku kangen sama Tante," kata Gracia setelah wanita itu melepaskan pelukannya.

"Tante juga kangen sama kamu, Gracia sayang," kata wanita itu juga.

Kini Nat yang memeluk wanita itu.

"Tante apa kabar?" tanya Nat.

"Baik, Nata sayang. Kalian juga baik-baik aja kan?"

"Jelas Tan," jawab Saktia.

"Hai, Tan," sapa Shani yang baru bergabung dengan mereka.

"Hai, Shani sayang. Tambah cantik aja kamu," puji wanita itu. Yang dipuji hanya tersenyum malu.

"Iih, Tante. Yang dipuji Shani doang. Sak ... Via kan juga tambah cantik," rajuk Saktia. Wanita itu tertawa.

"Iya, Via juga tambah cantik. Nat juga, Gracia apalagi," ujar wanita itu.

"Udah yuk. Kalian pasti capek kan? Papa kalian lagi ada meeting, jadi nggak bisa jemput kalian. Dijemput Tante aja nggak papa kan?" tanya wanita itu.

"Nggak papa lah, Tan," jawab Saktia.

"Yaudah yuk. Tante anter kalian ke rumah Papa," ajak wanita itu. Mereka lalu berjalan ke parkiran.

Sepanjang perjalanan, mereka saling berbagi cerita. Wanita itu, atau biasa dipanggil Tante Naomi oleh Nat dan adik-adiknya, menceritakan kesibukan Papa mereka di Jepang. Papa yang tak pernah terdengar kabarnya.

"Tante, kenapa Papa nggak pernah ngasih kabar ke kita?" tanya Gracia. Naomi menghela nafas. Sebenarnya ia juga tak tahu kenapa atasannya itu tak pernah menyinggung apalagi berbicara tentang keempat putrinya. Yang ia tahu hanya bahwa atasannya itu melarikan diri dari kesedihan atas kematian istrinya dengan bekerja.

"Tante nggak tahu," jawab Naomi jujur.

"Apa Papa udah nggak ngakuin kita lagi?" tanya Gracia lagi.

"Gre," tegur Nat.

"Nggak mungkin Papa ngelakuin itu ke kalian. Kalian anaknya. Dan selama ini dia juga masih ngirimin uang kan ke kalian? Jadi nggak mungkin Papa kalian nggak peduli ke kalian," jawab Naomi.

"Kalo cuman sekedar ngirimin uang semua orang juga bisa Tan. Yang kita perluin itu bukan uang Papa, tapi kasih sayang Papa," kata Gracia.

"Gree," tegur Nat lagi, kali ini agak keras. Selama beberapa saat waktu seakan dikuasai oleh keheningan.

"Kalian laper?" tanya Naomi memecah keheningan. "Ada restoran sushi enak di depan, Sinka suka diajak ke sana," tambah Naomi.

"Boleh Tante. Tante tau aja kalo aku laper," sahut Saktia dengan nada bersemangat.

"Ngomong-ngomong Sinka apa kabar Tan?" tanya Shani yang dari tadi diam. Sinka adalah putri tunggal Naomi yang seumuran dengan Shani-Gracia.

"Baik. Tambah gendut juga," jawab Naomi. Shani tertawa.

Karena Kita Semuanya Team | JKT48 Band&Shani [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang