Part 15

1.2K 80 4
                                    

Mendengar nama Shani saja, Gaby, Dhike, dan Kinal langsung gaduh.

"Shani kenapa?" tanya Gaby.

"Dia sakit?" tanya Dhike.

"Dia dimana?" tanya Kinal juga.

"Nju, jelasin ke kita pelan-pelan. Ada apa sama Shani?" tanya Ve lembut. Ia mengangkat kepala Shania dari pundaknya, lalu menghapus air mata Shania.

"Shani ... pergi," jawab Shania pelan. Jawaban itu malah membuat keadaan semakin gaduh.

"Pergi? Maksudnya apa Nju? Dia liburan? Ke Jogja? Ato ke mana? Kenapa lo harus nangis?" Pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Gaby, Kinal, dan Dhike.

Shania, bukannya menjawab, malah menangis makin keras.

"Nju, kenapa sih? Jangan bikin kita khawatir," kata Ve mulai cemas.

Kriett .... Terdengar derit pintu kamar Shania yang terbuka. Frieska masuk.

"Biar Tante yang jelasin," katanya. Ia duduk di sebelah Shania, lalu mengusap pipi putri 'sulung' nya itu.

Frieska lalu menjelaskan kepergian Shani, sama persis seperti apa yang ia ceritakan pada Shania.

Baik Ve, Kinal, Gaby, maupun Dhike tak berkata apa-apa mendengar penjelasan Frieska. Namun terlihat jelas di wajah mereka bahwa mereka terkejut dan tak bisa menerima kepergian Shani.

"Tante rasa ini keputusan terbaik buat Shani," ujar Frieska setelah menjelaskan semuanya.

"Coba kalian pikirkan baik-baik, bagaimana kalau Shani masih disini sekarang? Tante yakin ..."

"Stop!" seru Ve. Semua orang di sana terkejut. Ve, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang ramah, pendiam, dan penyayang, membentak Frieska, ibu dari Shania, yang sudah mereka anggap sebagai ibu sendiri juga.

"Kak Ve," cicit Gaby, agak takut. Ve menatap Frieska penuh penyesalan.

"Maaf, Tante. Tapi aku rasa Tante sebaiknya pergi dulu dari sini. Aku ... kami butuh waktu," ujarnya pelan. Frieska mengangguk mengerti. Ia lalu keluar dari kamar Shania.

Setelah Frieska pergi, tak ada yang berbicara. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Udahlah," kata Jeje akhirnya. Ia gerah dengan kebisuan teman-temannya.

"Udah gimana Je?" tanya Dhike. Jeje mengibaskan tangannya.

"Biarin aja. Tante Frieska ada benernya kok," jawab Jeje.

"Tapi Ci, Shani itu ...."

"Lo pada kenapa sih sama Shani? Inget ya, dia jadi asisten kita karena dia ngerasa punya hutang sama kita. Dia yang bikin Melody pergi. Kalo Tante Frieska dan Om Farish nganggep utang itu lunas, yaudah lunas," potong Jeje.

"Tapi kenapa Shani nggak bilang ke kita?" tanya Kinal.

"Yaudah sih, biarin aja! Dia juga nggak penting-penting amat!" sahut Jeje agak keras. Ia lalu menarik tas selempangnya dan keluar dari kamar Shania.

Brakk .... Pintu ditutup dengan keras oleh Jeje.

Ve, Kinal, Gaby, dan Dhike berpandangan. Sementara Shania hanya menunduk.

***

Selesai mandi dan berganti pakaian, Shani menghampiri Gracia di kamarnya.

"Gre, aku masuk ya," katanya setelah mengetuk pintu berkali-kali namun tak dijawab. Shani membuka pintu kamar Gracia dan langsung melihat Gracia yang tertidur di bawah selimut.

Karena Kita Semuanya Team | JKT48 Band&Shani [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang