A/n [1]
Mohon partisipasinya untuk mengoreksi typo atau kalimat yang tidak efektif.
Blow kiss,
Vanxo!
🍂
Setelah memastikan kedatangan tamu lewat layar kamera pantau yang berada di pos keamanan, seorang pria berbadan tegap langsung berlari menyesuaikan kecepatan gerak pintu gerbang yang terbuka otomatis setelah mendapatkan approve.
Bunyi motor sport menderum dari arah luar.
"Good morning, Digo. Welcome back home."
Sayangnya, ucapan penyambutan beserta anggukan kepala darinya tak digubris sama sekali oleh si tamu sekaligus sang putra majikan. Motor besar yang dikendarai remaja lelaki tersebut terus melaju kencang menuju garasi.
Bekasi pagi hari.
Kondisi rumah ini masih sama; besar, lengang dan terasa sangat kosong.
Dari ruang tengah, Digo menguak pintu kaca menuju kitchen island dan langsung menduduki satu buah kursi meja makan. Ditatapnya sekeliling sambil mengeluarkan tablet. Dia mendapati dua orang wanita masing-masing berusia sekitar empat puluhan tahun memasuki dapur dengan tergesa menyongsong dirinya.
"Hello. We just heard you come back here."
Digo memindahkan tatapan datarnya dari kedua wanita tersebut tanpa memberikan sahutan, lantas kembali berkutat pada tabletnya.
"Do you need food? What do you wanna eat? We can provide it for you right now."
Beginilah kenyataan di sini, di rumah ini. Segala sesuatunya berjalan secara formal dan sangat membosankan. Digo akhirnya mengangguk tanpa melepaskan tatapan dari gawainya. "Spicy sausage pasta. I haven't had breakfast yet."
Kontan, satu orang ART beringsut cepat dari tempatnya. "Okay, please wait. I'll make it for you in ten minutes."
Sepuluh menit sudah berlalu. Digo masih menunduk, asyik bermain di gawai ketika pasta sosis pedas beserta satu gelas air putih sudah disajikan di atas meja.
"Enjoy your breakfast."
Lelaki itu akhirnya mengangkat kepala seraya meletakkan tabletnya di permukaan meja makan. Dia mendekatkan piring pasta dan mulai menyantapnya dalam diam.
"Do you want another drink?"
Digo menghentikan aktivitas makannya dan langsung menatap muak wajah sang pembantu. "Just stay away from here. I can pick it up by myself," usirnya.
"I'm sorry." Wanita itu hengkang dari ruang makan.
Hening. Digo melanjutkan aktivitas makannya yang sempat tertunda. Dia mengunyah sambil menatapi kondisi taman luas di luar melalui dinding kaca dapur. Rumahnya yang dikelilingi berbagai tanaman hijau. Namun sayang, tanaman subur tersebut hanyalah fatamorgana. Sejatinya rumah ini mati. Hampir tidak ada aktivitas kehidupan sama sekali selain kegiatan rutin asisten rumah tangga dan juga para sekuriti. Sementara pemiliknya bahkan tidak pernah berada di tempat. Ya, selain karena jauh dari sekolah, pilihan untuk tinggal di apartemen adalah salah satu tindakan protes Digo kepada Reino yang dinilai tidak menyayanginya.
Sebentar, memang siapa di dunia ini yang sudi menyayanginya? Digo menghela napas berat seraya menggeser piringnya yang masih menyisakan separuh pasta. Selera makannya tiba-tiba hilang. Sepi dan rasa sakit kembali menyergap, membelenggunya hingga Digo kehilangan asa menjalani segalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHED
Fanfiction"Sometimes we have to get through the dark to appreciate the beautiful light."