✔️Chapter 6: Callie Knows, How About Nico?
"WHY IS ONE DIRECTION DOING HERE?!" Callie menjerit tidak percaya ke arah lima orang lelaki yang baru saja masuk, membuat mereka semua menatap kami terkejut.
Oh my God, this is not good.
"Oh... hi, Sam! Kami harap kau tidak masalah kalau kami tadi baru saja menggunakan fasilitas rumahmu," ucap Niall riang. Tubuh putih pucatnya masih setengah basah karena habis berenang. Dengan selembar handuk menggantung di pinggangnya, ia memperlihatkan dadanya yang bidang dan perut six-packnya. He looks ho- Holy cheeseballs! Fokus, Sam. FOKUS!
"O-oh, te-tentu saja aku tidak masalah!" Jawabku dengan wajah memerah. Don't judge me! Aku memang lemah saat melihat lelaki bertelanjang dada di hadapanku!
"Y-you guys a-are... wha- how an-"
"Breathe, Callie! Breathe... breathe..." Aku mencoba menenangkan Callie yang masih berbicara tersendat-sendat. Sementara sekumpulan boyband di hadapan kami memberi pandangan aneh. Great. I said, GREAT!
Aku membongkar isi tas Callie untuk menemukan inhaler miliknya. Apa aku pernah mengatakan kalau Callie memiliki asma? Tidak pernah? Baiklah. Ia memang memiliki penyakit asma. Apalagi kalau ia sedang gugup maupun terkejut, Callie langsung kesulitan bernafas. Seperti sekarang ini.
"Aku menemukannya! Now breathe, Cal... Breathe... Come on!" Ucapku memberikannya aba-aba setelah memasang inhaler ke mulutnya. The boys juga mengikuti ucapanku, mereka menatap dengan khawatir ke arah Callie. Sementara Callie masih berusaha bernafas melalui inhaler-nya.
Kami semua terlihat seperti sedang membantunya melahirkan.
Tapi Callie tidak hamil dan ia juga tidak sedang melahirkan. So... whatever.
"Bi-bisakah kau mendudukkanku sebentar? Kepalaku mulai terasa sakit..." Aku mengangguk cepat dan menuntun Callie ke arah sofa yang ada di ruang TV, di ikuti oleh yang lainnya. Namun sebelum mereka sempat ikut duduk di atas sofa, aku memberikan tatapan tajam kepada mereka berlima.
"Tidakkah kalian masih harus melakukan sesuatu sebelum duduk di situ?" Tanyaku masih memberi tatapan yang sama.
"Sesuatu apa? Apakah kami harus melakukan senam pilates dulu sebelum duduk?" Ucap Louis sambil bercanda.
"Oh, I don't know... maybe like put some clothes or something?" Balasku dengan kadar sarkasme yang tinggi. Asal kau tahu saja, melihat tiga dari lima mereka tanpa selembar t-shirt itu sangatlah menggangguku. Their toned chests and abs are really distrac-... Okay, okay, Sam. Kau harus berhenti dan... FOKUS!
"Kau benar.. Uh.. Aku, Harry, dan Niall, permisi sebentar. We'll be right back in ten minutes!" Pekik Louis dengan suara tinggi lalu berlari ke lantai atas di ikuti Niall dan Harry, meninggalkan ruang TV.
Setelah Callie sudah bernafas dengan normal, ia mulai memberi tatapan menyelidik kearahku, Zayn, dan Liam. Please not yelling, please not yelling, please not yelling, plea-
"Apakah ada sesuatu yang ingin kalian katakan padaku?" Ucap Callie tenang. Terima kasih Tuhan, Kau sudah mendengar doa-ku.
"Lebih baik kita menunggu yang lain kembali kesini. Kau tidak masalah, bukan?" Callie mengangguk mengerti setelah mendengar jawaban Liam tadi dan menyandarkan kepalanya di bahuku selama menunggu yang lain turun. Aku tidak menyangka akan memberitahunya secepat ini.
***
"Begitulah... maka dari itu kami tinggal disini."
"It still doesn't make sense to me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable [1] z.m. [editing]
Fanfiction[some of the chapters are private. follow to read the rest] Samantha Truscott. Seorang gadis asal New York yang berusia 19 tahun. Ia memiliki keturunan Inggris, Amerika, dan Asia, maka dari itulah ia memiliki aksen berbicara yang sangat unik. Sekara...