Chapter 12: I Might Fall In Love
Sam's POV
"Finally, you're here."
Aku pun mendongak dan ternyata langsung berhadapan dengan Zayn yang tersenyum sumringah di hadapanku.
Ia terlihat sangat tampan dengan hanya mengenakan kemeja berwarna putih dan jeans berwarna hitam. Aku baru menyadari kalau ia sepertinya baru mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitar mulutnya itu.
He looks breathtaking than ever...
Zayn akhirnya menuntunku menuju meja yang ada di pinggir kolam renang karena aku terlalu lama terdiam ketika melihat senyumnya tadi. Aku bertaruh kalau tadi aku terlihat seperti seorang idiot.
Ia menarik sebuah kursi dan mempersilahkanku duduk. Tersipu malu layaknya anak remaja labil, aku pun duduk dan tersenyum kecil kearahnya ketika ia telah duduk di hadapanku.
"Aku tidak tahu kalau kau sudah menyiapkan semua ini sejak dua jam yang lalu." Suaraku memecah keheningan yang sudah berlangsung beberapa menit yang lalu.
"Yah.. itu karena aku memikirkan ini sejak aku tahu kalau aku tidak bisa membawamu keluar dari rumahmu sendiri." Zayn mengatakannya sambil menatapku dengan mata yang bersinar. "Maaf kalau aku tidak bisa membawamu ke tempat yang bisa di kategorikan sebagai tempat kencan pada umumnya." tambahnya dan ia tertawa gugup dengan wajah yang memerah.
Aku tersenyum. Jarang sekali aku melihat seseorang malu-malu di hadapanku. Dan lagi.. yang kita bicarakan ini adalah seorang Zayn. Seorang superstar yang memiliki ego setinggi gunung Everest.
"That's fine. I like it here anyway. Hanya saja pakaianku mungkin benar-benar tidak sesuai untuk di pakai saat kencan." Aku terkekeh pelan.
"Kau tidak perlu merasa seperti itu, Sam. Karena kau masih terlihat cantik walaupun hanya dengan kaos kebesaranmu dan sepasang celana spandex itu." Zayn mengatakannya dengan tulus.
"Leggings." Koreksiku.
"Yeah, I mean that."
Setelah ia mengatakan itu, kami berdua kembali terdiam membuat suara jangkrik terasa semakin nyaring. Namun kemudian Harry muncul dari dalam rumah sambil membawa sebuah nampan berisi makanan, berjalan ke arah kami.
"Hi, Sam. Aku membawakanmu dan Zayn makanan pembuka. Aku harap kau menyukainya." Harry berkata sembari menaruh dua piring waffle di hadapanku dan Zayn.
"Harry! Aku bahkan belum menyuruhmu keluar. Kenapa kau langsung tiba-tiba datang?!" Bisik Zayn kepada Harry. Walaupun ia berbisik, aku masih dapat mendengarnya dengan jelas dan sekarang aku sedang berusaha menahan senyumku agar tidak muncul.
"What? Kau harusnya bersyukur karena aku datang. Karena kalian berdua sejak tadi hanya berdiam diri sambil saling bertatapan, membuatku bosan melihatnya. Kau tahu?" Harry memutar kedua bola mata ketika mengatakannya. Dan langsung saja perkataannya tersebut membuat wajahku memerah, begitu pula Zayn.
"Ya, ya, terserah kau saja. Sudah sana pergi, Styles." Usir Zayn setelah ia berhasil mengontrol rasa malunya tadi.
"You're welcome, Zayn. You're welcome." Balas Harry dengan sarkastik. "Aku akan kembali setelah 25 menit untuk makanan utama. Dan.. uh.. selamat menikmati!" Dengan begitu Harry pun langsung pergi meninggalkanku dan Zayn.
"Jadi.. sebuah waffle untuk makanan pembuka?" Kataku mencoba memulai percakapan.
"Uh.. yeah. Kau tidak menyukainya? Astaga, maafkan aku. Harusnya aku bertanya dulu padamu apakah kau ingin waffle atau tida-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable [1] z.m. [editing]
Fanfiction[some of the chapters are private. follow to read the rest] Samantha Truscott. Seorang gadis asal New York yang berusia 19 tahun. Ia memiliki keturunan Inggris, Amerika, dan Asia, maka dari itulah ia memiliki aksen berbicara yang sangat unik. Sekara...