✔️Chapter 10: Falling Hard

11.1K 841 20
                                    

✔️Chapter 10: Falling Hard


Sam's POV

Kilat mata Nico tidak meredup ketika tanpa aku ketahui ia sudah berdiri di hadapanku dan Noah. Nico menjauhkan Noah dariku dengan menarik kerah bajunya. Seperti dalam adegan slow motion Nico melayangkan tinjunya ke pipi kiri Noah, membuat lelaki itu mengerang kesakitan.

Namun itu tidak berlangsung dalam sekali pukulan, Nico memberinya pukulan bertubi-tubi sampai Noah terbaring lemah di atas lantai. Aku langsung menghentikan Nico dengan memeluknya dari belakang. Aku tidak ingin ada yang mati dirumahku!

"Nic, tahan emosimu itu! Aku tidak ingin melihatmu membunuh seseorang di depan mataku! Just.. let him explain something!" Ucapku mencoba menenangkannya. Meskipun aku berada di belakang Nico, aku tahu saat ini ia sedang berusaha mengontrol dirinya sendiri, karena tubuhnya yang tadi tegang sekarang sedikit melemah.

Aku tidak pernah melihatnya semarah ini sebelumnya.

Dengan begitu Nico langsung melepaskan genggamannya dari kerah baju Noah dan berdiri. Namun ia masih terus memberikan tatapan membunuh ke arah lelaki yang terbaring lemah itu.

Aku dan Callie membantu Noah bangun dari lantai dan mendudukkannya ke atas sofa, membuatnya merintih kesakitan. Beruntung suara musik dari halaman belakang lumayan nyaring, sehingga tidak satupun dari anggota band yang tinggal di sini mendengar suara dari kejadian tadi, karena aku tidak ingin menjelaskan apa pun yang terjadi tadi pada mereka.

"Now, explain." Suara Nico jelas terdengar sangat dingin ketika menatap Noah dengan tajamnya. Jika saja tatapan bisa membunuh seseorang, aku yakin Noah sudah berada di dasar tebing sekarang.

"Tenangkan dulu emosimu, Nic. Tidakkah kau sadar kalau kau hampir saja membunuhnya tadi?!" Pekikku kesal karena emosi Nico yang tidak bisa dikontrolnya.

Ia mendengus, "Terus saja kau bela laki-laki bajingan ini! Ia sudah meninggalkan kita bertiga, terutama kau Sam, ia menggantungkan perasaanmu padanya selama ini! Selama dua tahun! Dan ketika ia akhirnya kembali kau dengan mudah mau memaafkannya. I can't believe you're so easy like th-" Telapak tanganku melayang ke pipi Nico sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Meninggalkan cap merah berbentuk tanganku di pipi kirinya. Membuat mereka semua terkejut melihat tindakkanku barusan.

"WHAT THE HELL IS WRONG WITH YOU?! Aku mengerti betapa protektifnya kau dengan sahabat-sahabatmu, tapi kau tidak perlu berkata sekejam itu padaku! Aku tahu dengan apa yang aku lakukan. Nic! Kau tidak punya hak untuk menyebutku 'gampang' seperti itu! Because you are NOT my fucking parents!" Bentakku di depan wajah Nico.

Callie dan Noah menatapku dengan mata terbelalak seakan tidak percaya kalau aku baru saja membentak Nico. Kami semua tahu kalau Nico bukanlah seseorang yang bisa di ajak untuk berbicara tenang selagi ia sedang marah. Karena ia seseorang yang lebih menakutkan dari pada monster di saat seperti itu.

Namun di sinilah aku, dihadapannya, membentaknya dengan keras seperti tidak takut akan apa yang terjadi ketika Nico membalas bentakkanku tadi.

Saat ini air mataku sudah menumpuk di pelupuk mataku, hanya tinggal menunggu kapan akan terjatuhnya saja. Aku masih tidak percaya kalau Nico memandangku rendah seperti itu, menganggapku 'gampang' seperti yang ia katakan tadi. Dan kenyataan kalau ia adalah sahabatku yang mengatakannya, membuat air mataku semakin penuh dan seperti berteriak ingin segera di jatuhkan.

Mata Nico sejak tadi melebar tidak percaya menatapku. Ia mencoba membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun selalu gagal karena tidak ada satupun kata yang bisa keluar dari mulutnya.

Unpredictable [1] z.m. [editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang