Chapter 21: Not So Fairytale

9.1K 786 84
                                    

Chapter 21: Not So Fairytale

Sam's POV

"Halo? Sam, kau dimana?"

Aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari laki-laki yang ada di depan pintu masuk tersebut. Bibirnya berkomat-kamit, berbicara dengan ponselnya sambil melihat kearah lautan manusia disekitarnya seperti sedang mencari seseorang. Ketika pandangannya berhenti kepadaku, bibirnya langsung menyunggingkan senyum. Membuat jantungku sekarang berdebar kencang melihatnya.

"Tidak perlu kau jawab. Aku tahu kau sekarang ada didepanku." Suara Zayn yang jernih dari telepon menuturkan kalimatnya, sebelum ia memutuskan sambungannya. Disaat yang sama, lelaki yang sejak tadi aku perhatikan sekarang berjalan mendekat kearahku. Mendekat.. mendekat sampai ia berada tepat dihadapanku.

Senyum yang sejak tadi digunakannya tidak lepas dari bibirnya sampai ia merengkuh tubuhku kedalam pelukannya yang hangat.

"I missed you so much, Sam. I missed holding you like this." Zayn berbisik lembut di telingaku. Nafasnya yang menggelitik di kulitku membuat tubuhku menggigil.

Aku membenamkan wajahku di pundaknyam menghirup aroma tubuhnya yang sangat kurindukan. "I missed you too, Z. More than you could ever imagine."

Kami tetap berada di posisi seperti itu dalam waktu yang cukup lama, sampai suara seseorang yang membersihkan tenggorokkannya membuat aku dan Zayn berhenti berpelukkan. Astaga, bagaimana aku sempat lupa kalau Georgia sejak tadi berdiri di dekatku. Catat sarkasmeku ini.

Georgia melemparkan senyum sinisnya lalu mengambil langkah untuk mendekati Zayn.Ia menyenggol tubuhku agar menjauh dari Zayn untuk memberinya posisi yang tepat di depan pacarku. When is the day this bitch will stop bitching? When the pigs fly? Yeah, right.

"Hey, Z. Aku pikir kau tidak datang ke pesta ini. Kau tahu, aku sudah lama sekali menunggu kedatanganmu." Georgia mengusap-usap dada Zayn yang bidang, berusaha untuk menggodanya.

Tapi sebelum aku sempat melayangkan tinjuku ke wajah sempurna perempuan itu, Zayn menepis tangan Georgia lalu merangkul pundakku tiba-tiba.

"Maaf, aku kesini untuk Sam -- pacarku. Bukan untukmu. Jadi, kami permisi dulu." (omg, that rhymed! I should start my carrer as a rapper). Dengan begitu Zayn membawaku pergi menjauh dari Georgia ke lantai dansa.

Seperti yang di katakan banyak orang, 'Curiosity killed the cat', aku membalikkan kepalaku ke tempat Georgia berdiri dan mendapatinya sedang memberikanku tatapan tajam yang membunuh. Cepat-cepat aku langsung mengalihkan pandanganku kepada Zayn. Oh, man. Georgia terlihat seperti pembunuh bayaran dengan menatapku seperti itu.

Kami berhenti berjalan ketika sampai di tengah-tengah lantai dansa, tepat di bawah lampu disko yang berputar menerangi ruangan. Disaat yang sama, lagu upbeat yang tadi di mainkan, langsung berganti menjadi lagu slow dance. Zayn mengulurkan tangannya kearahku, bergaya seperti pangeran-pangeran dalam cerita dongeng.

"May I have this dance?" Zayn bertanya, dengan mengentalkan logat British-nya.

Aku tersenyum dan menyambut uluran tangannya. "Yes, you may."

Tersenyum senang, Zayn menaruh kedua tangannya di pinggangku, sementara aku melingkarkan lenganku di lehernya sambil menyandarkan kepalaku di bahunya yang lebar. Suara lembut dari lagu menuntun gerakan kami yang halus.

Unpredictable [1] z.m. [editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang