✔️Chapter 4: Wakey-Wakey, Eggs And Bakey
"Zayn, kau sudah bangun?" Ucapku sambil mengetuk pintu kamarnya. Oh, tentu saja belum, Sam! Bodoh sekali kau!
Karena tidak ada jawaban, aku membuka pintunya dan menjorokkan kepalaku ke dalam untuk melihat keberadaannya sebelum aku masuk. Ia masih tertidur lelap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kepalanya...
"Zayn, bangun. Yang lain sudah berada di bawah, sarapan." Aku mengguncang tubuhnya pelan, membuatnya bergerak sedikit dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa kumengerti, tapi setelah itu ia berbalik membelakangiku.
"Zayn, cepat bangun! Sebelum Si Pirang menghabiskan jatah sarapanmu!" Ucapku, namun kali ini sedikit lebih nyaring.
"More five minutes, please..." Erangnya lalu kembali tertidur. Ugh! Melihat seseorang yang sulit di bangunkan seperti ini sungguh membuatku kesal!
Aku langsung menarik selimutnya, membuatnya memperlihatkan tubuhnya yang berotot dan di penuhi tato. Apa aku sudah mengatakan kalau ia tidur hanya dengan celana tidurnya saja? Tanpa menggunakan kaos atau apapun yang bisa menutupi bagian atas tubuhnya? Tidak? Ok.
Seketika saja ia langsung merengkuh pinggangku dan menarikku ke atas ranjang. Ia mengambil selimut tadi lalu menutupi tubuh kami berdua.
Oh my goodness! Apa yang Zayn lakukan?!
"Zayn, what are you doing?!" Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya, tapi itu malah membuatnya semakin mengencangkan pelukannya.
"Shut up, I'm cold!"
"Gunakan selimutmu saja, jangan memelukku seperti ini!"
Apakah Zayn lupa kalau ia tidak mengenakan bajunya?! Aku dapat merasakan hangat tubuhnya menempel di punggungku. Astaga! Apa yang kupikirkan! Aku harus segera keluar dari sini sebe-
"Sam, apa Za- What are you guys doing there?!" Pekik Harry yang langsung berjalan cepat ke pinggir tempat tidur. Zayn yang mendengar suara Harry, langsung membuka matanya dalam sekejap dan menatapku terkejut. Aku mengambil kesempatan untuk melepaskan diri dan menendangnya keluar dari tempat tidur. Zayn terjerembap ke lantai dengan bunyi 'GUBRAK' yang lumayan keras. Aku bersumpah aku tidak menendangnya dengan keras!
"Zayn, you okay?" Tanya Harry sambil berusaha membantu Zayn berdiri.
"Apakah dengan ini aku terlihat baik-baik saja, Haz?" Zayn meringis, Harry menggelengkan kepalanya. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Zayn memberiku tatapan bingung.
"Tadinya aku berniat untuk membangunkanmu. Aku menarik selimutmu dan tiba-tiba saja kau menarikku ke dalam pelukan dan kau malah kembali tidur! Sambil memelukku!" Jelasku tanpa rasa bersalah karena sudah menendangnya. Wajah Zayn langsung memerah ketika mendengar penjelasanku tadi.
"I really did... that?" Tanya Zayn hati-hati.
"Ya." Jawabku singkat.
"Astaga, maafkan aku! A-aku pikir k-kau adikku, Safaa. You know, aku biasanya selalu menemaninya tidur," ucap Zayn terbata-bata, dengan ekspresi tidak nyaman.
"No, I don't know. Tapi, jangan pernah kau melakukan hal seperti tadi lagi. It's creeping me out," ucapku, membuatnya langsung mengangguk dengan cepat.
"Um... maaf mengganggu kalian berdua, tapi apa kau masih ingin sarapan?" Tanya Harry, setelah ia berdeham membuat perhatianku dan Zayn tertuju padanya. Aku bahkan sempat lupa kalau ia masih berada di dalam kamar.
Zayn mengangguk dan langsung berdiri dari pinggir tempat tidur. "Tentu, tapi aku ingin mandi dulu. Uhh... Sam, kau juga ikut sarapan?"
"Tidak. Aku tadi sudah duluan sarapan dengan yang lain. Aku kembali ke kamar dulu. Bye guys," Mereka berdua mengangguk mengiyakan, sebelum aku berjalan keluar dari kamar mereka ke kamarku.
***
Aku keluar dari kamar mandi, masih dengan handuk menutupi tubuhku yang basah. Aku mengambil bustier bunga-bunga dan cardigan sebagai baju atasan, dan celana jeans high-waist berwarna biru tosca dari lemari. Aku mengenakan pakaian tersebut setelah mengeringkan rambutku dengan handuk, kali ini aku tidak ingin repot mengeringkannya dengan hair dryer dan membiarkannya setengah kering.
Selesai aku berpakaian dan berdandan sedikit, ponselku berbunyi tanda telepon masuk. Aku langsung mengangkatnya tanpa melihat nama penelepon.
"Hi, Sam! Ready for our girl's day?" Ujar si penelepon dengan riang. Siapa lagi kalau bukan Callie.
"I was born ready, ya know?"
"Ok, kalau begitu aku akan menjemputmu sekarang." Ucap Callie, membuat mataku melebar seketika.
"Tidak! Tidak perlu! Biar aku saja menjemputmu!" Sahutku cepat. Callie tidak boleh menjemputku dirumah dan menemukan lima dari One Direction disini.
"Relax, Sam. Kau tidak perlu sampai berteriak seperti itu. Memangnya kenapa tidak aku saja?"
"Uh... Aku hanya ingin menjemputmu saja dan sekalian mengisi bahan bakar mobilku." Aku beralasan, berharap ia percaya.
"Oh, ok. Kalau begitu aku tunggu. Bye." Callie memutuskan sambungan lebih dulu. Aku menghela nafas lega karena ia percaya dengan alasanku.
Aku memasukkan kakiku kedalam sepatu high-heels nude-ku dan mengambil tasku, lalu turun ke lantai bawah.
Yang kutemukan saat aku sudah berada di lantai bawah adalah Niall, Harry, Louis, dan uh... Liam kalau tidak salah? Ugh... Aku rasa mulai sekarang aku harus belajar untuk mengingat nama mereka.
"Uhm... guys. Apa kalian tidak masalah kalau kutinggal pergi?" Ucapku, setelah berdiri di samping sofa yang mereka dudukki. Mereka menoleh ke arahku.
"Ya, tentu saja kami tidak masalah. Kami bukan anak-anak lagi, kau tahu?" Ucap Louis, membuatku ragu untuk meninggalkan mereka disini.
"Baiklah, uhh... Liam. Kau kuberi tanggung jawab untuk menjaga rumah dan mengawasi mereka. Oh, dan kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Liam mengangguk mengerti. Aku pun mengambil catatan kecil dan pulpen dari dalam tasku, lalu menuliskan nomor teleponku dan menyerahkannya ke Liam.
"Kau terdengar seperti ibuku saja," celetuk Niall sebelum mengunyah keripik kentang yang ada di tangannya.
"Ini demi keselamatan rumahku juga," aku memutar kedua bola mataku kearahnya. "Baiklah aku pergi dulu... Oh ya, mana Zayn?"
"Zayn di dapur masih memakan sarapannya," Jawab Harry mengangkat bahunya. Aku hanya mengangguk, lalu berjalan kearah pintu depan di iringi mereka.
"Oh! Aku sampai lupa. Jangan membuat pesta, jangan menghabiskan stok makanan, jangan menghancurkan dapur, ja-"
"Iya, iya. Selamat bersenang-senang, dan hati-hati di jalan, Sam!" Potong Louis, sebelum ia menutup pintunya tepat di depan wajahku. Dasar keterlaluan! Memangnya ia pikir ia siapa?! Seenaknya saja berlagak mengusirku di rumahku sendiri!
Aku mendengus kesal dan berjalan dengan cepat masuk kedalam mobilku. Meninggalkan One Direction di rumahku.
***
Hi babes! Sorry telat update. Lagi. Hehe I have a life, you know?
Jadi gimana chapter ini? Is it bad? I guess so._. Oh ya, ship name Zayn sama Sam bagusnya apa ya? Zamantha/Sayn/or else?-_-
Sam outfit on the side -->
Please, vote/comment/fan/share! meskipun chapter ini jelek, tetep... comment! Haha
Sorry if there's typos. Aku nulisnya di hp._.v
Loves,
Kiky xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable [1] z.m. [editing]
Fiksi Penggemar[some of the chapters are private. follow to read the rest] Samantha Truscott. Seorang gadis asal New York yang berusia 19 tahun. Ia memiliki keturunan Inggris, Amerika, dan Asia, maka dari itulah ia memiliki aksen berbicara yang sangat unik. Sekara...