Chapter 16: Clueless
Sam's POV
Aku terbangun dari tidur nyenyakku dengan perasaan yang sedikit lebih ringan. Ketika aku melihat waktu yang ditunjukkan oleh jam weker di sebelahku, pukul 7.30 AM. Aku berdecak.
Well, sepertinya hari ini adalah pertama kalinya aku bangun mendahului jam wekerku..
Setelah aku bangkit dari tempat tidurku, aku mulai melipat selimutku dan merapikan tempat tidurku seperti biasanya sebelum masuk ke dalam kamar mandi dan melihat pantulan wajah mengerikan yang ada di kaca, baru kusadari kalau pemilik wajah mengerikan itu adalah aku sendiri.
Mataku merah dan sembap akibat menangis semalaman dan wajahku terlihat pucat seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup. Anehnya aku memang merasa kehillangan semangat hidup saat ini.
Karena gambaran Zayn dan Georgia yang berciuman terus bermain dikepalaku..
Aku mengangkat kepalaku untuk menahan air mataku agar tidak jatuh ketika mengingat hal tersebut. Aku lalu menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya.
Apa yang akan kulakukan jika bertemu dengan Zayn nanti? Menghindarinya? Itu benar-benar hal yang mustahil. Karena secara teknis, kami tinggal dibawah atap yang sama dan tentu saja aku tidak bisa menghindar begitu saja, karena itu sangatlah sulit untuk dilakukan.
"Kau bisa melakukan ini, Sam. Kau perempuan yang kuat. Anggap saja yang mereka lakukan kemarin tidak pernah terjadi." Aku mengatakan hal tersebut pada pantulan diriku di depan kaca, sebelum akhirnya aku menanggalkan baju tidurku dan melangkah ke dalam shower yang mengeluarkan air hangat.
***
"Callie, kau bisa menjemputku sebelum berangkat ke kampus tidak?" Tanyaku pada Callie melalui telepon.
"Tentu saja bisa, Nico juga kebetulan ingin menumpang denganku. Jadi kita bisa pergi bertiga!" Jawab Callie dengan riang.
"Benarkah? Kalau begitu aku tunggu jam setengah sembilan, oke?"
"Okie Dokie, Sammie. I gotta go, bye!" Setelah ia mengucapkan kalimat itu, Callie pun memutuskan sambungannya. Aku sedikit bersyukur ia tidak menanyakan kenapa aku ingin menumpang dengannya, karena aku benar-benar tidak berminat untuk mengingat dan menceritakan kembali apa yang terjadi kemarin.
Setelah aku selesai mengaplikasikan sebuah concelear untuk menutupi mataku yang bengkak akibat menangis semalam, aku mulai mengamati wajahku di depan cermin, memastikan bengkak di mataku tidak bisa dilihat oleh orang lain. Namun kemudian suara ketukan pintu membuatku terdiam dan membeku di tempat. Who is it? Please, jangan sampai Zayn. Please, jangan sampai Zayn. Ple--
"Sam, Claire sudah selesai menyiapkan sarapan. Kau tidak turun dan makan bersama kami?" ucap sebuah suara seseorang di balik pintu kamarku, bisa kupastikan kalau suara itu adalah suara milik Liam. Menyadari hal itu, aku menghembukan nafas yang tanpa kusadari sejak tadi aku tahan.
"Katakan padanya, sebentar lagi aku akan turun." Kataku setengah berbohong. Aku memang bilang akan turun tapi tidak sekarang, melainkan saat detik-detik Callie akan sampai dirumahku. Dengan begitu aku tidak perlu bertemu dengan Zayn.
Aku mengecek jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 8.28AM. Aku pun langsung mengambil tasku yang sudah terisi buku dan hal-hal lalinnya lalu keluar dari kamarku dengan setengah terburu-buru agar ibuku tidak bisa menghentikkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable [1] z.m. [editing]
Fanfiction[some of the chapters are private. follow to read the rest] Samantha Truscott. Seorang gadis asal New York yang berusia 19 tahun. Ia memiliki keturunan Inggris, Amerika, dan Asia, maka dari itulah ia memiliki aksen berbicara yang sangat unik. Sekara...