Chapter 11: Acquaintance

11K 825 35
                                    

Chapter 11: Acquaintance

Sam's POV

Langit sore yang mulai berwarna kemerah-merahan membuatku sadar kalau aku sudah berada di balkon kamarku selama dua jam. Dan Zayn masih menemaniku di sini.

Lengannya yang melingkar di pundakku dan leluconnya yang sangat payah, lumayan berhasil membuatku lupa dengan kejadian di ruang tamu beberapa jam yang lalu.

Aku tahu, harusnya aku membencinya saat ini. Namun entah kenapa, ketika hanya berdua dengannya saat ini ternyata tidak terlalu buruk.

Mungkin kami bisa berteman?

"Sam, aku punya satu lelucon lagi. Apa kau mau mendengarnya?" Ucap Zayn dengan riang membuatku mengerang nyaring.

"Aww.. not again!"

"What do you call really scared pasta?" Tanya Zayn tanpa mempedulikan kataku barusan.

"Entahlah. Aku tidak pintar untuk menjawab leluconmu yang terlewat payah itu." Aku memutar kedua bola mataku.

"Oh ayolah, Sam. Kau pasti tahu ini!" Rengek Zayn seperti anak kecil.

"Fine! Is it... baby pasta?" Tebakku.

"Wrong! It's chicken noodles. Get it? Chicken? Aku benar-benar lucu, bukan?" Aku membenamkan wajahku ke bahunya karena mendengar lelucon yang sepayah itu. Tapi meskipun begitu, aku tidak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum ketika mengetahui sifat kekanakannya tersebut.

"Tidak. Kau tidak lucu. Karena leluconmu itu benar-benar payah."

"Ah, terserah kau saja. Meskipun begitu aku tahu kalau kau tadi sempat tertawa kecil kan?" Godanya, membuatku langsung meninju lengannya. Keras.

"Ow! Untuk apa itu barusan?!" Erangnya sambil menggosok-gosok bagian lengan yang habis kutinju.

"Aku tidak tertawa, bodoh! Ugh, sisi menyebalkanmu mulai muncul lagi." Mataku membelalak kesal melihatnya yang ternyata malah tertawa geli. Is he crazy?!

"Oh, tenanglah Sam.. Aku kan hanya bercanda. Jangan langsung kesal seperti itu dulu.." Bujuk Zayn.

Selayaknya anak-anak usia 5 tahun, aku melipat kedua tanganku di depan dada dan memunggunginya, berpura-pura kesal. Untuk apa aku harus kesal sungguhan padanya, hanya karna ia mengejekku seperti itu kan?

"Siapa suruh kau tiba-tiba saja mulai menyebalkan lagi seperti waktu pertama kali kita bertemu? Padahal aku sempat terpikir untuk berteman denganmu." Kataku masih dengan posisi yang sama.

"Maafkan aku kalau begitu. Ak- tunggu.. kau mau berteman denganku?" Tanya Zayn seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan.

"Ya, tadinya. Tapi karena kau menyebalkan, otakku memutuskan untuk menolak berteman denganmu."

"Aww.. Sam. Kenapa untuk menjadi temanmu sesulit ini? Apakah kau ingin aku melakukan sesuatu dulu, baru kau mau berteman denganku?" Rengek Zayn seperti layaknya orang dewasa labil.

Tapi ketika aku menangkap apa yang baru saja di katakan Zayn, aku mulai berpikir. Sebegitunya ia ingin berteman denganku?

"Apa kau serius?" Tanyaku.

"Ya, tentu saja aku serius. Kita sudah empat hari tinggal bersama di sini, dan aku tidak ingin di perlakukan dingin olehmu selama sepuluh hari ke depan juga. That would be so awkward."

Unpredictable [1] z.m. [editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang