Chapter 13: Shopping In Disguise
Sam's POV
Hari demi hari terasa berjalan lebih cepat dan tidak terasa pula sekarang sudah masuk musim gugur sekaligus sudah lewat hari keenam semenjak Zayn mengajakku kencan. Meskipun sudah lewat enam hari, tetap saja senyum yang bermain di wajahku tidak dapat berhenti setiap mengingat kencan tersebut. Bisa di bilang sedikit demi sedikit aku mulai jadi tidak waras.
Callie yang waktu itu baru mengetahui tentang kencan yang kulakukan bersama Zayn, langsung berteriak dengan sangat kencang di telepon. Nyaris membuat telingaku berdarah karenanya. Callie terus mengatakan kalau ia sudah mengetahui apa yang akan terjadi antara aku dan Zayn nantinya, karena ia bisa melihat ada sebuah chemistry yang terjadi pada kami berdua. Sahabatku satu itu bahkan membuat nama pasanganku dan Zayn yaitu Sayn. Benar-benar terdengar aneh, karena kami bahkan tidak berpacaran! Namun hal sesederhana itu cukup dapat membuat wajahku memerah sepanjang malam.
Nico dan Noah sekarang sudah kembali bersahabat, dan itu membuat kebahagianku bertambah tiga kali lipat. Kami berempat akhirnya bisa berkumpul lagi dan rasanya sangat menyenangkan ketika mendapatkan sahabatku kembali.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Sam?" Tanya Zayn yang saat ini sedang memelukku dari belakang dan membenamkan wajahnya dirambutku seakan ia melakukan hal yang paling normal didunia.
Akhir-akhir ini ia sering melakukan hal yang seperti ini dengan santainya, bahkan ia juga sering menghabiskan waktu dikamarku dengan bermain monopoli, uno, atau hanya mengobrol denganku. Anehnya aku tidak keberatan tentang keberadaannya disekitarku, malah aku senang ketika ia berada disekitarku dan aku tidak tahu kenapa.
"Aku hanya memikirkan tentang hal-hal yang sudah terjadi selama enam hari ini. Tidak aku sangka akhirnya masalah-masalah yang terjadi waktu itu sudah mulai kembali normal." Aku tersenyum sambil menikmati angin sore dari balkon yang membelai wajahku.
"Hmm.. it was unpredictable, wasn't it?" Gumam Zayn.
"Yeah, it was."
"Sam, boleh Mama masuk?"
Suara milik ibuku dan ketukan pintu yang mengirinya tersebut membuat kami berdua seakan membeku. Tapi aku dengan cepat langsung sadar dan menyuruh Zayn untuk segera kembali ke kamarnya sebelum ibu sempat menemukannya dikamarku.
Ketika Zayn sudah masuk kedalam kamarnya aku langsung memposisikan diriku dengan duduk bersila diatas ranjang. "Yeah, yeah.. masuk saja, Ma. Pintunya tidak dikunci."
Dengan begitu knop pintu diputar dan ibuku muncul dari balik pintu dengan masih menggenakan baju kerjanya dan wajah yang lelah.
"Sam, bisa Mama minta tolong padamu untuk pergi ke supermarket sebentar? Mama ingin kau pergi belanja bahan-bahan makanan, persediaan kita dirumah hampir habis. Mama tidak bisa pergi karena harus segera kembali ke kantor untuk mengurus rencana promo album One Direction minggu depan. Kau tidak apa, kan?" Cerocos ibuku panjang lebar.
"Ya, baiklah. Aku tidak masalah, kok. Tapi, apa aku boleh ditemani dengan salah satu dari mereka? Karena membawa bungkus-bungkus belanjaan sendiri tidaklah ringan, Ma."
Ibu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mendesah pelan. "Baiklah, kalau begitu. Tapi pastikan kalian tidak dikenali oleh orang lain atau paparazzi yang ada dijalan. Bahaya kalau sampai ketahuan, karena itu akan menghancurkan karir mereka semua. Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable [1] z.m. [editing]
Fanfiction[some of the chapters are private. follow to read the rest] Samantha Truscott. Seorang gadis asal New York yang berusia 19 tahun. Ia memiliki keturunan Inggris, Amerika, dan Asia, maka dari itulah ia memiliki aksen berbicara yang sangat unik. Sekara...