✔️Chapter 7: Party At My House? How About... No.

12K 866 15
                                    

✔️Chapter 7: Party At My House? How About... No.



"Bagaimana kalau Nico marah, karena aku telat memberitahunya? Bagaimana kalau ia nanti meneriakkiku? Aku tidak mau ia merusak indra pendengaranku dengan suaranya yang kelewat nyaring dan membuatku masuk rumah sakit, lalu aku aka-"

"Sam..."

"What?"

"Shut up." Aku langsung berhenti mengoceh sendiri setelah Callie menegurku dan mulai duduk di kursiku dengan tidak nyaman.

Saat ini aku sedang berada di kafetaria dengan sebotol air mineral dan sebuah apel di hadapanku yang belum tersentuh karena aku terlalu gugup menunggu Nico. Aku akan mengatakan tentang One Direction yang tinggal dirumahku padanya hari ini. Karena paksaan Callie tentu saja.

Seandainya aku tidak termakan ucapan Callie dan merasa bersalah untuk tidak mengatakan hal ini ke Nico, mungkin aku akan lebih berusaha untuk menjaga rahasia ini.

"Hey, girls! Maafkan aku karena telat menyusul. Kalian tahu, Mr. Gerrard tiba-tiba saja memberi ulangan harian di kelas kami tadi. But whatever, what's up?" Nico duduk di hadapanku dan melipat kedua tangannya di atas meja. Ia menatap aku dan Callie secara bergantian karena salah satu dari kami belum juga mengeluarkan suara sejak ia baru datang. Callie pun mulai menyenggolku dengan sikunya, membuatku mengerang karena terganggu.

"Nico, we -- or mostly me -- need to tell you something..." Aku menatap ekspresi wajah Nico yang langsung berubah serius.

"Okaaayy... sepertinya ini serius? Then go on."

Aku mendesah berat dan kali ini menatapnya tepat di mata abu-abunya. "One Direction is living in my house."

"Oka- wait, WHAT?!" Pekikkan Nico yang seperti perempuan berhasil membuat seluruh mahasiswa yang ada di kafetaria menatap kearah meja kami dengan rasa penasaran. Kerja bagus, Nico.

Callie menempelkan telunjuknya di depan bibir, meng-ssh kan Nico. Tapi karena Nico sejak tadi tidak ngeh, Callie menjentik dahi Nico keras, membuat lelaki itu mengaduh sambil menutupi dahinya.

"Hey, untuk apa itu barusan?" Nico menatap kesal kearah Callie, membuat gadis itu hanya mengendikkan bahunya tidak peduli.

"To wake you up, duh."

"You're so annoying, Cal." Nico menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "Dan kau, Sam. Sejak kapan kau menyembunyikan hal ini dariku?"

Aku menelan ludah. "Sejak tiga hari yang lalu?"

"Lalu kenapa kau baru berniat untuk mengatakannya padaku hari ini?"

"Callie found out about it two days ago, which is on Saturday, saat ia berada di rumahku. Dan setelah itu ia menyuruh atau lebih tepatnya memaksaku untuk memberitahumu juga tentang ini." Aku menghela nafasku, "Maaf karena aku tidak memberitahumu sebelumnya."

Nico terdiam dan menatap mataku lekat, berusaha mencari kebenaran disana. Tapi tidak... ia tidak akan menemukan apa-apa karena aku sudah memberitahu semua itu dengan jujur padanya.

Nico menghela nafasnya lalu menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, "Okay."

"Okay? Hanya itu yang bisa kau katakan?" Mataku melebar tidak percaya.

Jawaban darinya yang kudapat adalah 'Okay'? Setelah aku panjang lebar menjelaskan hal ini padanya dan sempat hampir pingsan karena gugup akan reaksinya nanti, dan yang ia katakan padaku hanyalah 'Okay'? He must be kidding me!

Unpredictable [1] z.m. [editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang