BBM-42

19.9K 1.4K 14
                                    

Prilly tengah membereskan seluruh pakaiannya kedalam koper. hari ini masih jam 11 siang, besok pagi jam 9 prilly sudah harus ke bandara bersama mama. secepat itukah?

Bagaimana dengan bi siti? dengan rumah megahnya? dengan kamar doraemonnya? dengan pengumuman kelulusannya? dengan acara promnight yg tak bisa ia lewati dengan teman2 super nya? dengan memilih dan masuk ke universitas yg sudah ia tuju? dengan jurusan yg sudah mantap ia pilih? dengan sahabatnya, beby? dan juga dengan... ali nya. bagaimana dengan itu semua?

Prilly termenung, ia menghela nafas beratnya, dadanya sedikit sesak mengingat apa saja hal yg sudah ia lakukan selama 10 tahun disini hanya dengan bi siti dan beby. Meski terkadang merasa kesepian tanpa mama dan papa, tapi prilly bisa mengatasinya kan? prilly bisa melewatinya dengan waktu 10 tahun tanpa mama dan papa.

Tapi kenapa saat gue baru merasa jatuh cinta sedalam ini dengan seseorang, keadaan justru menghalangi? dunia seakan gak berpihak ke gue. seakan semuanya egois, gak mikirin perasaan gue. dimana letak kesalahan gue?

*tok..tok..tok*

Suara ketukan pintu menyadarkan prilly dari lamunannya

"masuk" serunya dari dalam

Pintu terbuka, dan bi siti muncul dari luar

"neng" lirihnya

"iya bi, masuk"

Bi siti beralih duduk disebelah prilly dan membantu prilly merapikan bajunya kedalam koper

"neng ily, gapapa atuh?"

"ngga bi, emang kenapa?"

"dari semalem neng belum makan, ga turun kamar juga. nyonya sama bibi teh khawatir"

"lagi males aja bi, mau nikmatin hari terakhir ily sama kamar ini" jawabnya tersenyum sambil menatap sekitar kamar biru doraemonnya

"yakin? den ali sama neng beby kok nggak kesini?"

Prilly menghela nafasnya panjang "mereka marah sama ily bi"

"marah kenapa neng?"

"mereka marah, ily sebenernya gak mau pergi sama mama. ily masih mau disini sama ali sama beby sama bibi, tapi mereka malah ngebiarin ily pergi, mereka nggak mencegah ily, mereka justru dengan tenangnya ngelepas ily"

"neng geulis, bibi jujur, berat banget neng harus pergi juga. bibi sedih gak ada lagi yg teriak teriak dirumah, gak ada lagi yg berisik didapur masak sarapan, gak ada lagi yg suka ketawa ngakak kalo lagi nonton, gak ada yg minta dipijit lagi, pokoknya bibi teh juga berat ngelepas neng ily pergi"

"terus kenapa bi?"

"bibi sadar, neng teh masih muda" bi siti meyisipkan rambut prilly yg menghalangi pipinya ke belakang telinganya "masih panjang jalannya, masih perlu sekolah yg tinggi biar jadi tukang sarjana atau insinyur, bibi mau neng sukses, masa depannya biar bagus"

Prilly terkekeh kecil "tapi bi, ily udah terlajur mencintai jakarta, mencintai semua yg ada sama ily sekarang"

"kadang, kita teh juga perlu berkorban buat hal yg kita cintai neng. jangan nyerah, semuanya gak akan berlangsung lama"

"bi, bibi bener, ily harus berkorban. tapi apa perasaan ily termasuk hal yg harus ily korbanin? ily harus berkorban ninggalin orang orang dan semua hal yg ily sayang"

"neng, perasaan cinta memang membuat kita menjadi egois, tapi kita harus bisa gunain ke-egoisan itu jadi penyemangat kita. bibi yakin, nanti neng akan kembali kesini, dengan cinta yg semakin besar, dengan rindu yg semakin menumpuk, entah neng rindu sama bibi, kamar ini, neng itek, atau den ali"

BBM ( Season 1 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang