THIRTEEN

31 1 0
                                    

"Bagaimana pendaftarannya?" Tanya Nova sepulang sekolah.

"Sudah kuserahkan formulirnya." Ujar Euphy.

"Maaf, aku tak bisa menemani kemarin." Nova menggaruk kepalanya, tampak bersalah. "Aku janji menemani Ray."

"Tak apa. Mengantar formulir saja tidak perlu ditemani." Sahut Euphy. Dalam hati ia setengah lega karena ia tidak ingin Nova melihatnya saat ia berkutat dengan sesama pemusik.

* * *

Euphy berjalan cepat ke arah bangunan tinggi di depannya. Itu adalah tempat yang sering dikunjunginya sampai lima tahun lalu, tapi hilang dari pandangannya setelah itu.

Membuka pintu, berjalan masuk dan berbicara pada resepsionis bukan masalah baginya, tapi menunjukkan identitasnya di formulir, itu masalah besar. Jika tidak untuk mengambil daftar lagu lomba, ia takkan menginjakkan kaki di sana.

Resepsionis tersebut menatap wajah Euphy dan formulirnya bolak-balik berkali-kali. "Kau Euphonia Leigh yang itu?"

"Ya." Balas Euphy. Apa dia resepsionis yang beda dari saat aku menyerahkan formulir? Aku lupa.

Mata resepsionis itu terbelalak. Euphy mengernyit heran, sebegitu berubahnyakah aku?

Tapi reaksi berikutnya tidak diduga oleh Euphy. Resepsionis itu, dan beberapa orang di sekitarnya yang mendengar pembicaraan mereka langsung mendengus dan berbisik-bisik dengan tatapan benci.

Euphy ternyata tak perlu membuang-buang waktunya untuk mencari tahu kenapa, karena begitu ia keluar gedung, ada seseorang mencegatnya.

"Euphonia Leigh."

Euphy mendengar dan berbalik, melihat seorang cowok seumurannya di depan pintu gedung, tersenyum senang.

"Maksudmu aku?"

"Siapa lagi yang bisa menyamai si jenius itu, luar dalam?" Balas cowok itu.

"Kalau begitu ada perlu apa denganku?" Balas Euphy.

"Seperti biasa, sombong sekali. Aku hanya ingin tanya, apa kau tahu apa yang terjadi di 'sini' selama lima tahun kau pergi?" Balas cowok itu dengan senyum masih terpasang di wajahnya.

"Bukan urusanku dan aku tidak peduli." Balas Euphy.

"Aku yakin kelak kau akan menyesal karena tidak tahu. Tapi karena aku baik hati, akan kuberitahu." Cowok itu melebarkan senyumnya.

"Sebelum kau keluar dari sini, kau sudah menerima kontrak dari sebuah perusahaan terkenal. Fakta kau keluar berarti kau membatalkan kontrak itu. Produsernya merasa hal itu sepihak, dan kecewa. Ia marah besar dan mempengaruhi hampir banyak perusahaan besar tentang hal itu. Sekarang reputasimu buruk sekali, dan hampir semua orang membencimu."

Euphy terdiam. Bukan perasaan yang diinginkan semua orang untuk dibenci. Tapi aku akan baik-baik saja selama dia tidak membenciku.

"Tak masalah. Tujuanku kembali tidak akan gagal karena dibenci beberapa orang." Balasnya.

"Semangat menjaga pendirianmu itu." Ujar cowok itu. "Aku yakin ini takkan terlalu berguna untuk orang sepertimu, tapi kukatakan saja. Aku Caesar Kayent, orang yang akan mengalahkanmu."

Euphy diam saja melihat Caesar pergi. "Apa sih masalahnya? Bilang saja kalau dia itu mau jadi rival."

Orang tipe melankolis tidak peduli pada kata orang, tapi di dalam kata-kata itu menancap dalam di batinnya dan sulit dilepaskan. Sayangnya, Euphy adalah tipe orang melankolis.

* * *

"Euphy? Hei, Euphy!" Seru Beth.

"Apa?" Balas Euphy tenang.

Our Hearts' ResonanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang