Entah ini keberapa harinya, Rara dan Nata menjalani latihan rutin futsal seperti biasa. Kini Rara lebih bersemangat dan begitu juga dengan Nata. Bahkan Rara lebih agresif tentang keperluan Nata. Tak seperti biasanya yang tidak peduli dan hanya memandangi Nata latihan di tempat duduk. Kini selagi Nata latihan, Rara menulis jadwal yang harus dilalui oleh Nata.
Rara juga tak pernah malas untuk membawa bekal untuk Nata ataupun minuman. Ini membuat Nata lebih bersemangat dan tak memiliki lelah. Beberapa teman latihannya jika melihat mereka berdua rasanya lebih ada aura romantis ketimbang teman atau sekedar asisten.
Soal Erika, Rara sudah tidak lagi menggubris masalahnya. Kini ia lebih fokus untuk menjalani hidupnya. Kedua sahabatnya juga selalu mendukung Rara dengan Nata dan membantu untuk menjauhkan dari Erika yang menyebalkan. Jika Erika menggangu, Rara hanya perlu untuk menandinginya dan tak perlu lagi takut dan bersembunyi di setiap sudut sekolah yang gelap.
Pak Candra yang sedari tadi mengamati Nata yang begitu semangat latihan menghampiri Nata "Kamu siap Nat, ini kurang beberapa hari lagi lho seleksinya."
"Saya siap Pak!" ujar Nata cengengesan.
"Nggak sia sia saya pilih Rara itu sebagai asisten kamu," ledek Pak Candra tiba tiba.
Nata terkekeh sambil menggaruk tengkuknya, "Makasih lho pak."
"Kamu sama dia sudah pacaran Nat?"
Nata mengerjap kaget. Ingin ia mengatakan iya. Tapi bukan saatnya. "Belum pak," jawabnya lirih.
"Lho ya cepet ditembak dong keburu diambil orang," tambah Pak Candra membuat situasi berubah menjadi canggung.
Nata terkekeh, mencairkan suasana canggung. "Iya pak nanti dulu deh. Saya fokus futsal dulu pak," balas Nata sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Yasudah teserah kamu Nat, sudah ayo kembali latihan! Go go go!" tegas Pak Candra kepada Nata.
Nata tersenyum kemudian kembali melanjutkan latihannya. Hari ini dia benar benar semangat mengikuti latihan futsal. Diliriknya gadis yang tengah melongo ke arah Nata. Rasanya ia gemas sekali dan ingin mencubit pipinya. Entah sampai kapan Nata harus memendam perasaan ini pada Rara yang juga tengah mencintai Andra. Apapun pilihan terakhirnya. Ia tetap harus menerima.
Peluit panjang sudah dibunyikan, pertanda bahwa latihan sudah cukup untuk hari ini. Kini semua bisa kembali ke markas alias asisten masing masing. Dan bisa melanjutkan kegiatan seperti biasa.
Melihat Nata yang tengah berjalan menghampiri Rara, Rara buru buru memberikan handuk kecil pada Nata untuk membersihkan keringat Nata.
"Ra, kita makan yuk?" tanya Nata pada Rara yang sedang membereskan barang bawaannya.
Rara terkekeh sekaligus tersenyum kagum. "Lo yang traktir ya?" ledeknya.
Nata meletakkan handuk di tasnya. "Siap!"
Setelah membereskan barang bawaan mereka. Kini Nata dan Rara menuju ke garasi guna mengambil motor Nata yang terparkir disana sendiri. Maklum, sekolah sudah sepi. Jadi hanya motor beberapa anak anak yang sedang menjalani ekstrakurikuler saja. Termasuk Nata dan Rara.
Rara segera duduk di belakang Nata, dan Nata segera mengegas motornya. Melaju ke arah Jakarta senja yang indah. Belum pernah Rara pergi berdua dengan seseorang yang dekat dengannya kecuali sahabatnya. Apalagi laki laki. Teman juga belum pernah. Dan Nata berhasil membuat Rara betah bersanding dengannya.Membelah suasana indah di Jakarta yang macet.
Dulu saat Nata menjalin hubungan dengan mantan mantanya. Sering kali ia mengajak mereka untuk berkencan dan menikmati suasana Jakarta yang indah. Tapi kali ini, Nata masih ragu untuk memberikan kejutan itu pada Rara. Ini bukan waktu yang tepat. Mengingat mantan. Ia mengingat masa lalu yang kelam dan pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glosarium
Teen FictionCerita ini mengisahkan tentang perasaan. Memendam, menyimpan, meluapkan dan semua rasa yang ada dalam diri. Dan bagaiamana seseorang harus belajar untuk mengerti perasan orang lain yang teramat dalam baginya. 3 Maret 2017 Copyright © Arimbi Dwi