"Gue ngantin dulu yak!" celetuk Tiara sambil menarik lengan Bella seperti biasanya. Dan Rara hanya tersenyum miring menanggapi hal itu.
Sesuai rencana biasanya, setelah dirasa aman, dia mulai keluar dari kelas dan pergi menuju tempat keramatnya selama kurang lebih dua minggu terakhir ini untuk menghindar dari sosok orang yang selalu mengejar ngejarnya. Siapa lagi kalau bukan Nata. Ya. Cowok itu selalu mengejar ngejar keberadaan Rara dimanapun dan kapanpun. Tentunya Rara juga harus menghindar.
Setelah berjalan ke arah toilet,Rara sudah tiba di toilet cewek dan segera memasuki bilik toilet seperti biasanya. Sudah dua minggu dia melakukan rutinitasnya bersembunyi di sini, membaca buku sambil menyamil coklat diatas kloset duduk. Walaupun menjijikan bagi semua orang, tapi bagi Rara ini adalah cara terbaik untuk bersembunyi dari Nata yang suka mencari carinya.
Semenjak Rara pergi dari kehidupan Nata yang begitu misterius, kini Rara bisa hidup lebih lega karena tak ada pemberontakan dari Erika, tak ada cemooh dari teman temannya, tak ada rayuan maut dari teman teman Nata, dan tak ada banyak hal yang membuat hidupnya susah. Dia juga jarang bertemu dengan Clara lagi. Jika bertemu mereka hanya sebatas tersenyum bagaikan tak kenal satu sama lain. Dan soal Andra. Rara sudah tidak lagi mengiriminya minuman, makanan seperti biasanya. Tak ada lagi status secret admirer dalam kehidupan Rara seorang. Walau sebenarnya dia ingin sekali mengisi tulisan tulisan manis dari tangannya tentang Andra. Tapi tak bisa, dia tak bisa lagi masuk dalam dunia Andra. Dia tak bisa lagi melihat Amdra dari kejauhan karena ya tentu saja Rara bukan asisten Nata lagi dan statusnya tersembunyi dalam sekolah sampai saat ini. Tak ada juga rasa beban dalam hidupnya mengenai urusan Nata. Walau tiap hari Nata selalu mencari dan selalu memberi pesan atau sebatas telepon yang tak terjawab.
Ingin sekali Rara melihat Andra latihan setiap sore, dari sudut lapangan futsal. Atau sebatas melamunkannya. Terkadang ia juga rindu dengan Nata yang suka membuatnya gelisah, karena takut Pak Candra akan bertanya yang macam macam tentangnya. Rindu dengan Nata yang suka membuatnya tertawa di akhir perbincangan, rindu dengan Nata yang suka membuatnya sebal. Rindu masa masa dimana dia dan Nata harus ditakdirkan bersama sebagai sepasang murid yang tak berpengalaman. Rindu akan semua tingkah konyol Nata yang terkadang membuat Rara tertawa geli melihatnya. Rindu saat momen dimana Nata suka memojokkan Rara ketika ia sedang mengamati Andra. Rindu dengan semuanya. Walau dia hanya sebatas baru kenal.
Semua lamunannya disini kini berubah dengan rasa rindu. Ia tak sengaja melamunkan Nata disini. Dan membuatnya tersadar bahwa ia merindukan Nata.
Dia rindu dengan Nata. Tapi kini, Rara tak perlu khawatir karena ada Erika yang telah menjaga Nata untuk jadi lebih baik dan lebih maju. Tidak sepertinya yang hanya bisa memandang Nata saat latihan. Tidak ada perubahan sama sekali. Bahkan saat latihanpun sering terlambat. Entah apa yang membuat Rara lama kelamaan betah bersanding dengan Nata walau hanya sebentar.
Kini Rara memutuskan untuk memberanikan diri keluar dari toilet dengan membawa kenangan itu. Kenangan pilu. Dengan keberanian penuh, Rara segera keluar dan berharap bahwa Nata tidak muncul dikehidupan Rara.
Dia melangkah keluar dan tetap berjalan lurus tanpa harus takut bahwa ia akan ditemui oleh Nata. Tapi, belum sempat ia tiba di tempat tujuan, tubuh mungilnya terbentur oleh tubuh tinggi beraroma yang tak asing bagi Rara.
"Rara?"
Rara mendongak sebentar melihat siapa yang sedang ia tabrak. Rupanya Andra. Rara segera menggigit bibir bawahnya, ragu ingin bicara apa.
"H-hai Ndra," ujar Rara kaku. Masih sama, ragu.
"Lo kemana aja?"
Belum dijawab sapaan Rara, Rara sudah disuguhi oleh pertanyaan gila Andra. "Kemana gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Glosarium
Teen FictionCerita ini mengisahkan tentang perasaan. Memendam, menyimpan, meluapkan dan semua rasa yang ada dalam diri. Dan bagaiamana seseorang harus belajar untuk mengerti perasan orang lain yang teramat dalam baginya. 3 Maret 2017 Copyright © Arimbi Dwi