Glosarium 9

42 4 0
                                    

"Ra! Jam berapa ini! Bangun dong! Kamu gak sekolah?!"

Rara tersentak kaget dari tidurnya.Suara keras mamanya yang membangunkan dari luar kamar, membuat Rara terbangun.

Dengan cepat dan gelagapan serta nyawa yang belum menyatu total, Rara melihat arah jam dinding yang ada di depan ranjangnya. Dia hampir mati sekarang, sudah jam 6.25 sekarang. Sekolah dimulai jam 7.00. Dan Rara baru bangun sekarang. Biasanya jam 5.30 dia sudah bangun bahkan sudah rapi dengan seragamnya. Betapa kagetnya dia ketika menerima kenyataan bahwa dia bangun terlambat. Terlambat. Karena hal konyol semalam.

Semalam ia tak bisa berhenti memikirkan hari esok karena satu hal. Menjadi asisten seorang cowok yang enggak banget buat dijadikan asisten. Bahkan Rara tidak tahu apa yang harus ia lakukan esok hari. Mengingat esok, hari dimana jabatan sialnya dimulai.

Dengan cepat, Rara menarik handuk yang diletakkan disamping kamar mandi kamarnya, dan segera membereskan diri. Dia hanya mencuci muka, sikat gigi dan membereskan hal lainnya. Karena mandi justru akan membuat ribet situasi. Dan akan menghabiskan waktu yang banyak. Ini baru pertama kalinya Rara terlambat di pagi hari, di sejarah sekolahnya selama dia bersekolah. Rara memang rajin dalam bidang sekolah.

Setelah selesai untuk membersihkan diri, Rara segera mengenakan seragamnya dengan tergopoh gopoh. Menguncir rambutnya sedikit berantakan dan segera mengambil tas yang sudah ia siapkan semalam. Kemudian berakhir dengan berjalan keluar kamar dengan tergesa gesa.

Diujung tangga, Rara mendapati Mamanya sudah menunggu Rara di ruang makan tepatnya sambil menggeleng geleng tidak percaya. Rara hanya tersenyum kecil sebelum akhirnya ia berjalan menuruni tangga dengan terburu buru. Dengan cepat Rara meneguk segelas susu serealnya kemudian berangkat dengan kondisi tergopoh gopoh. Memakai sepatu dan mengeluarkan motornya dari garasi.

Rara mengendarai motornya dengan tergopoh gopoh. Membelah suasana pagi Jakarta yang macet, panas, dan sedikit mepet. Sialan, Rara terjebak macet.

'Kampret! Macet!'.  Batin Rara.

Bagaimanapun juga ia harus sampai di sekolah. Terus mendumel sebal dalam hati. Ia tidak ingin mamanya dipanggil sekolah karena hanya keteledorannya. Ini akibat insomnianya semalam. Padahal dalam sejarah kehidupan Rara, insomnia tidak dikenal olehnya. Di tempat bagaimanapun, situasi bagaimanapun, waktu bagaimanapun, Rara masih tetap bisa tidur dengan berbagai kondisi apapun. Ini salah satu sebab kenapa ia insomnia. Serangan bertubi tubi dari Pak ambisius Candra membuat kenyataan hidup Rara membuatnya pusing. Dia tidak bisa memikirkan, membayangkan bagaimana jika dia menjadi asisten Nata yang benar benar menyebalkan itu. Yang justru tidak diinginkan sama sekali olehnya. Sama sekali. Yang hanya ia inginkan adalah Andra. Cowok yang sudah jadi harapannya selama satu tahun, awal dia sekolah disini.

Sekitar tiga menit kemudian, setelah membelah Jakarta yang macet, Rara tiba di sekolahnya dengan kondisi panik sepanik paniknya. Ingin ia berteriak dalam hati tentang ini. Tapi tidak bisa. Ia sedang hancur sekarang. Pikirannya tidak fokus pada sekolahnya. Bahkan melihat gerbang sekolah hampir saja ditutup saja membuat dirinya ingin pingsan. Untungnya dia masih beruntung. Melihat kondisi yang busa dibilang cukup aman, dia berlari ke arah koridor kelasnya. namun kenyatan hidup, kelasnya sangat jauh. Di lantai tiga. Mengharuskan dia berlari agar cepat tiba.

Dan, tibalah Rara di kelasnya dengan kondisi murid murid yang sudah ada di bangku masing masing. Menunggu kedatangan Rara. Semua menatap Rara dengan tatapan, 'tumben Rara terlambat'. Rara hanya bisa menutupi rasa malunya dengan isyarat wajah tersenyum.

Bella dan Tiara tersenyum melihat kedatangan Rara. Berharap dia baik baik saja. Sekali lagi, Rara masih tidak bisa terfokus pada pelajarannya sebab hari ini dia harus menjadi asisten Nata. Bagaimana harinya yang seharusnya pulang seperti layaknya murid murid lainnya, bagaiamana harinya yang harusnya saat istirahat ia harus ke perpustakaan menjelajahi dunia buku yang indah tidak dengan menunggu latihan futsal yang justru amat tidak penting baginya. Bagaimana jika banyak hal yang lebih seru terjadi dalam dunia langitnya yang indah. Kenapa harus sesial ini ketika Rara bertemu dengan Nata. Semuanya seketika berubah suram. Tak ada yang baik dari awal pertemuannya. Awal pertemuannya saja sudah sial, apalagi kedepannya.

GlosariumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang