Tiara sesekali tertawa mendengar cerita Bella. Sesekali Tiara melirik kearah Rara yang sedang cemberut sendiri di depan buku yang dirasa tidak ada gunanya untuk dibuka. Bella mengikuti arah mata Tiara memandang. Kedua gadis itu berhenti tertawa, melihat pada salah satu kawannya yang mungkin sedang tidak enak hati lagi.
"Kenapa berhenti ketawanya?" tanya Rara mendelik melihat kondisi kedua temannya yang berhenti tertawa.
Tiara bertanya semu. "Ra, lo kenapa lagi sih?"
Rara mengerjapkam matanya berkali kali. "Ha? Gue? Enggak kok, gapapa!" tukasnya santai.
Tiara segera menghadap ke arah Rara yang duduk ada disampingnya. "Ra gue udah kenal lo lama banget, dan lo masih gak percaya sama gue kalo lagi gak baik baik aja," jelasnya,
"pasti gara gara Nata lagi," sambung Tiara membuat Rara menaikkan kedua alisnya."Lo ada masalah lagi? Baru aja sekali nemenin dia," tanya Bella menambahi.
Rara menghela nafas bosan. Rasanya ia benci menceritakan semua ini. "Ya gitu deh, jadi babu gue. Suruh beli ini itu, suruh ini itu risih tau gak!"
Bella tertawa geli. "Sabar Ra, bersyukur Nata ganteng."
"Idih. Terus gue harus gimana? Nata tuh maksa maksa gue gini gitu, kalo gue gak mau ancemannya bakal anu.."
Tiara dan Bella mengernyit tak mengerti. "Bakal apa Ra?
Rara ingin mengucapkannya tapi kelu sekali dan ngilu untuk diucapkan. "Bakal itu.."
Tiara semakin dibuat penasaran. "Bakal apasih?"
Dengan nafas berat yang ia hembuskan di udara, Rara berusaha untuk mengucapkan hal yang ia ingin ucapkan tadi.
"Huh, bakal laporin ke Andra."
Tiara sontak menikkan nadanya satu oktav. "What?!"
Rara berdecak sebal. "Mangkannya itu!"
Bella berucap polos, setelah suasana hening ini semakin menjadi jadi. "Ya enak dong kalo gitu, kalo dia ngencem lo, beraniin aja. Lagian lo kan emang suka sama Andra, jadi enak ada yang bantuin nyomblangin elo!"
Tiara membenahi ucapan Bella yang 'ngelantur'. "Eh tapi ya bukan gitu, Bellaa.."
"Lo tau kan misi gue suka sama Andra itu secret admirer jadi gue gak mau ada yang tahu," jelas Rara.
Bella segera membenahi lagi pernyataan Rara. "Lah tapi masalahnya, Nata sekarang udah tahu, berarti bukan secret lagi dong."
Rara dan Tiara mengangguk setuju. "Ih iya sih."
Tak lama. Hening. Bella memandangi ponselnya sekali lagi, sudah menjadi rutinitasnya Reza me-linenya untuk mengajak pulang bersama.
"Eh gue pulang ya," ucap Bella sambil membereskan buku bukunya.
"Ih selalu deh Bella pulang duluan, entar gue begal lo berdua," tukas Tiara sebal.
Rara tertawa kecil. "Yah jangan dong, kasian Reza, udah ya bye!" teriak Bella yang polos sambil menjauh dari ambang pintu.
Rara tersenyum kemudian menatap ke arah Tiara sekarang. "Lo—"
"Enggak, gue mau nemenin lo," ucapnya cepat cepat memotong ucapan Rara.
"Oh tumben."
"Karena gue pulang bareng Tian!"
Rara melotot tidak percaya ucapan Tiara. "Serius?! Akhirnya ketek gue punya pacar.."
"Bukan. Cuman temen deket kok.Jadi gini ya, gue sengaja gak cerita ke elo sama Bella, sebenernya beberapa hari yang lalu tuh, Tian tiba tiba ngeline gue, terus yaudah deh gue bales dan akhirnya kita saling kenal," jelasnya panjang lebar dengan hati yang berbunga bunga, membuat Rara tidak bisa berhenti tertawa, "Tian tadi nyamperin gue tiba tiba di kantin, tapi pas Bella lagi mesen makanan, dia mau ajakin pulang bareng sama gue, tapi terserah gue pulangnya, mangkanya gue pulang agak nantian aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Glosarium
Teen FictionCerita ini mengisahkan tentang perasaan. Memendam, menyimpan, meluapkan dan semua rasa yang ada dalam diri. Dan bagaiamana seseorang harus belajar untuk mengerti perasan orang lain yang teramat dalam baginya. 3 Maret 2017 Copyright © Arimbi Dwi