Kiara POV
Setelah selesai praktek komputer yang menguras otak selama berjam - jam. Aku akhirnya bisa pulang dan kembali bertemu dengan kekasihku yang selalu setia menungguku didalam kamar.
Jangan ambigu, kasur kok yang nungguin.
Aku berjalan menuju lorong panjang yang dipenuhi oleh murid dari sekolahan ini yang akan pulang menuju rumahnya masing - masing.
Seperti biasa, aku akan menuju perpustakaan terlebih dahulu untuk meminjam novel yang tadi baru aku baca separuhnya.
"Lo ngapain do?" Tanyaku pada Aldo ketika sampai didepan perpustakaan yang ternyata sudah tutup.
"Nungguin lo, tadi kan kita janji waktu jam pulang sekolah kesini lagi. Lupa?" Tanya Aldo seraya melipat lengannya didadanya.
"Ohgituya? Lupa hehe. Sorry untung gue mau pinjem buku jadi ketemu lo" Ucapku nyengir layaknya bocah.
"Iya, tapi sayangnya udah tutup. Hobi banget baca? Ngga cape?" Tanya Aldo yang menaik turunkan alisnya.
"Gue? Nggalah baca itu hobi dan udah menjadi rutinitas wajib!" Ucapku menjelaskan.
Aldo hanya ber-oh-ria akan jawabanku tadi.
Author POV
Memandang kearah luar jendela yang terkena rintikan air hujan, membuat hati Kiara menjadi tenang.
Sejak kecil Kiara sudah menyukai hujan. Hujan itu adalah sahabatnya. Karena, ketika ia menangis dikala hujan ia tak sendirian, tetapi hujan juga menemaninya menangis.
Pemandangan dikala hujan itu indah, butiran air turun dimana - mana membasahi bumi. Sangat indah.
Suara hujan itu layaknya suara alunan piano yang ditekan, seperti alunan gitar yang dipetik,dan bagaikan alunan biola yang digesek.
Suaranya indah, membuat hati Kiara nyaman, teduh, dan tenang.Aroma hujan berbeda, ketika hujan hadir aroma bumi yang dituruni hujan menjadi lebih segar, begitu pula setelah hujan pergi walaupun pelangi terkadang tak muncul tetapi Kiara lebih menyukai aroma hujan yang membuat tumbuhan menjadi segar. Aroma hujan layaknya parfum alam untuknya.
Berdiri dibawah naungan hujan, itulah yang sering Kiara lakukan. Berdiri sendirian dibawah hujan tanpa pelindung apapun diatas kepalanya.
Kiara sering melakukan itu, berjalan dibawah naungan hujan itu layaknya bermain histeria didunia fantasi, bebas. Bersama hujan sahabat kecilnya. Ia bebas.
"Ra, gue tanya dari tadi diem aja lo. Liatin apasih?" Tanya Aldo yang sedari tadi berada di sebrangnya.
Setelah melakukan perbincangan kecil antara Aldo dan Kiara, Aldo mengajak Kiara untuk mengenali tentang sekolah barunya yang sudah Kiara pahami titik seluk beluknya, bahkan hal terkecilpun Kiara sudah paham.
Setelah, melakukan tour kecil disekolahnya, Kiara memperkenalkan restoran kecil disebrang sekolahnya yang sering dikunjungi oleh murid dari sekolahnya. Setelah itu, Aldopun mau dan disinilah mereka berada. Di "Small Resto" yang berada tepat didepan sekolahnya.
"Gue lagi liat hujan. Gue suka hujan dari kecil. Hujan itu sahabat gue, gue suka hujan."
"Gituya? Kalau gue sih ngga suka hujan." Ucap Aldo lantang.
Kiara menoleh kepada Aldo. "Kenapa?"
"Karena, hujan terkadang datang disaat gatepat, dimana gue seharusnya pergi keluar tapi gagal karena hujan turun dan itu yang menyebabkan gue tetep dirumah" Aldo mengucapkan lantang.
Kiara tersenyum "Itu sih lo aja yang males, punya payung dong pasti dirumah? Buat apa ngga digunain?"
"Tapi, terkadang pake payung juga tetep aja baju gue basah." Aldo tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Teen FictionKesendirianku adalah ketika merindukanmu berharap hadirnya sosok hidupmu disampingku saat ini.