Ini masih pukul empat pagi, Bukan hal yang wajar Kiara bangun sepagi itu. Kiara tidak insomnia tidak juga sengaja tidak tidur hingga pagi buta. Hanya saja, Kiara sengaja memasang alarm sepagi itu karena satu lelaki yang membuatnya kebingungan setengah mati.
Iya, Zello akan pulang menuju asrama hari ini. Dan mungkin, Kiara akan berjumpa lagi setelah enam bulan yang akan datang.
"Harus banget ya gue mandi jam empat? Bahkan adzan shubuh aja belum." Keluhnya.
"Jangan ngeluh. Yang niat banget buat datengin Zello ke stasiun semalem siapa?" Hatinya bertolak belakang dengan kondisi Kiara saat ini.
Semalam Kiara duduk manis didepan meja belajarnya, dengan tatapan memandang fotonya dengan seseorang yang akan pergi esok. Zello, lelaki yang berfoto bersamanya saat di Dufan dulu.
"Besok aku usahain datang buat kamu Zel. Aku tidur dulu. Bye."
Lalu, Kiara terbaring sedih ditempat tidurnya, hingga alarm dengan nada dering 'ayam berkokok' membangunkannya dipagi buta pukul empat, dan berkeluh kesah sekarang.
"Iya gue yang niat. Hmm." Balasnya kepada batinnya sendiri dan berjalan menuju kamar mandi didalam kamarnya itu.
"Ini baru pukul setengah lima, lo ngga ngga kobam kan de?" Tanya Kak Cia yang kebetulan keluar kamar ketika Kiara membuka pintu kamarnya.
"Ada yang perlu dianter," Ucapnya singkat, bahkan Kiara tidak menjawab pertanyaan kakaknya itu.
Kiara menuruni tangga, lalu berjalan malas menuju meja makan.
Nihil, bahkan bundanya baru saja akan memasak untuk sarapan.
"Kamu mau kemana de?" Suara berat dari arah belakang Kiara muncul, ternyata itu adalah suara Ayah Kiara.
Kiara mengusap dadanya pelan, terkaget akan suara dari Ayahnya. "Mau sekolah lah yah."
Ayah Kiara tersenyum, "Maksud Ayah, ini masih pagi, sekolah kamu juga ngga terlalu jauh. Kenapa jam segini udah siap?"
"Ohgitu heheh, teman aku mau pergi yah. Aku mau antar dia" Kiara mulai meminum susu putih cair yang tersedia didalam kemasan.
"Ada apa ini? Pagi - pagi sudah rapih semua?" Bunda Kiara datang dengan wajah tersenyumnya.
"Bun, aku mau berangkat sekarang ya." Kiara bergegas, mengabaikan pertanyaan bundanya.
Ayah Kiara bangun dari duduknya lalu sedikit berteriak karena Kiara yang sudah berlari menuju pintu luar, "De, mau Ayah antar ngga?"
"Ngga usah yah. Aku sendiri aja" Jawab Kiara yang balas teriak.
Bunda Kiara hanya terlamun menatap percakapan antara Ayah dan anaknya itu.
Ayah Kiara tersenyum melihat mimik wajah bunda Kiara "Anak kita sudah besar." Ucapnya dan berlalu menuju ruang tamu.
Pukul lima lewat lima. Kiara sudah sampai di stasiun. Suasana disini sangat ramai, tidak seperti suasana dijalan yang masih sunyi senyap tadi.
Kiara melihat kesekeliling, mencari seseorang yang akan pergi meninggalkannya.
Masih pukul lima lewat tujuh, waktu berlalu hanya dua menit semenjak ia sampai distasiun.
"Besok pukul tujuh, kehadiran kamu sangat aku harapkan."
Kiara bertopan dagu, tidak seharusnya ia menunggu Zello sekarang. Zello menyuruhnya datang pukul tujuh bukan pukul lima, jadi sudah pasti ia tidak akan bertemu Zello.
"Kalau tunggu kamu sampai jam tujuh, aku bisa terlambat Zel." Kiara berbicara pada bayangannya yang terkena pantulan lampu stasiun.
"Kamu ngga bakalan terlambat kok." Seseorang menjawab pernyataan Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Teen FictionKesendirianku adalah ketika merindukanmu berharap hadirnya sosok hidupmu disampingku saat ini.