13

3.5K 104 3
                                    

"Iya! Gue kesana sekarang!" Zello menutup telfonnya, mengemasi barang - barang yang siap untuk dibawa, dan bergegas pergi sekarang.

"Bun, aku berangkat sekarang." Zello pamit kepada bundanya, dan mengambil beberapa helai roti yang sudah dioles selai coklat.

"Iya, hati - hati sayang." Ucap Bunda Zello yang sudah selesai menyiapkan sarapan, lalu Bunda Zello mengantar kepergian anak semata wayangnya.

------------
Suasana kelas pagi ini masih absurd, sama seperti hati Kiara kemarin.

"Pagi Kiara!" Jejen dengan senyum semangatnya menyapa Kiara yang sedang membaca novel.

Sebenarnya, Kiara tidak sedang betul - betul membaca novel. Melainkan, sedang menutupi wajah terlukanya yang masih tidak hilang hingga saat ini.

"Hey, Ra." Jejen sudah duduk disampingnya, menurunkan novel dari wajah Kiara.

"Eh, Hei Jen." Balas Kiara berusaha semangat.

Jejen tersenyum, "Lo kalau semangat gitu jadi keren."

"Iyalah, gue gitu." Kiara menaikkan alisnya bangga.

Jejen tersenyum, Kiara kembali membaca novelnya dengan benar.

"Aku diajaknya pergi, menuju tempat yang bahkan sangat aku sukai. Ah, Dufan. Walaupun ia sudah pergi, kenangan itu masih menyangkut disana."

Kiara membaca kembali kalimat yang tertulis didalam novelnya itu.

"Kayak ada sesuatu yang sama gitu." Batin Kiara berfikir.

"Ehiya, Ra. Lelaki yang lo ceritain itu, sekarang kemana?" Tanya Jejen disela - sela Kiara berfikir.

"Ahiya! Memori antara aku, zello dan Dufan!" Bibir Kiara membentuk bulan sabit karena berhasil mengingatnya.

"Lelaki itu..  Gue ngga tau, dia pergi gitu aja." Kiara lirih.

Mimik wajah Jejen berubah, awalnya ia semangat dipagi ini. Namun, mendengar kisah kelu tentang sahabatnya, rasa semangat itu hilang seketika.

"Lo-"

"Dan gue nyesel udah cuek sama dia, disaat sebelum dia pergi." Kiara memotong ucapan Jejen.

Jejen memeluk tubuh sahabatnya, ia tau dengan pelukan hangat pasti bisa mengubah perasaan seseorang menjadi tenang.

"Makasih," Kiara tersenyum tipis setelah melepaskan pelukan Jejen.

"Lo kalau sedih gitu, ngga keren." Jejen berusaha menghibur.

Kiara terenyum, "Iya, gue semangat lagi kok."

------------
Jam pelajaran pertama sudah selesai sedari tadi. Kini, waktinya untuk istirahat bagi siswa Zande JHS.

Semua orang sudah berbondong - bondong untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan. Tapi, tidak dengan Aldo.

Lelaki itu masih duduk diam ditempatnya. Menatap datar buku dihadapannya tanpa ada minat baca sedikitpun.

Aldo masih memikirkan hal kemarin. Disaat Kiara menjadi berubah sikap kepadanya.

"Apa salah gue?" Aldo bertanya pada dirinya sendiri.

Dipikiran Aldo saat ini hanyalah bagaimana caranya agar rasa sakit yang sedang melanda di puncak kepalanya menghilang.

"Aaaah!" Geramnya kesal dengan apa yang terjadi dihidupnya.

"Tuuuuuuuuuts" Bel berbunyi tanda istirahat sudah selesai. Semua sudah memasuki kelas, termasuk teman satu kelasan Aldo.

"Lo kenapa Do?" Tanya Kenan yang kebetulan memang satu kelas dengan Aldo.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang