Aldo POV
Ini adalah hari kedua untuk Aldo sekolah di Zande JHS.
Aldo mengeratkan pegangan pada tas hitamnya. Berjalan di koridor kelas sembilan membuatnya sedikit risih dengan tatapan entah aneh atau kagum padanya. Terkadang Aldo mendengar bisik - bisik yang mereka lakukan.
"Anak baru bukan sih?"
"Jutek amat? Tapi ganteng sih. Minta Id Line kali"
"Matanya ituloh tajam banget?"
"Gila, malaikat lewat"
Aldo tersenyum dalam hati tanpa siapapun tau. Ia bahagia karena dirinya disebut - sebut sebagai 'ganteng'.
Iya, walaupun hidungnya tidak terbang. Tapi, setidaknya Aldo bersyukur ia diberkahi wajah yang sempurna.
9-2 Class. Aldo masuk dan terduduk di kursi depan kiri pojok dekat pintu kelasnya.
Aldo merebahkan tubuhnya, berpangku pada lengan yang terlipat di atas meja. Dan, mencoba untuk memejamkan matanya sebentar.
Semalam Aldo tidak bisa tidur, karena amukan ayahnya yang membuatnya bergadang hingga pagi hari.
Kiara udah dateng belum ya?
Baru sempat Aldo akan berdiri dari tempat ia duduk bel berbunyi pertanda pelajaran pertama akan dimulai.
Sabar do, masih ada waktu istirahat. Tenang.
Aldopun membuka tas hitamnya dan mengeluarkan buku Bahasa Inggris untuk pelajaran pertama di hari kedua sekolahnya.
---------
Author POV
Hari ini pelajaran Sejarah dikelas Sembilan Satu. Kiara yang biasanya fokus dalam pelajaran apapun kini hanya menatap kosong buku paket Sejarah yang berada digenggamannya
Jejen termenung melihatnya. Tidak biasanya Kiara si rajin itu tidak fokus dalam belajarnya.
"Ada masalah Ra?" Jejen berbisik, takut ketahuan guru didepan kelas.
Diam.
Tak ada jawaban apapun dari Kiara.Jejen mencolek lengan Kiara pelan. Kiara menoleh dengan tatapan yang tidak bisa dibaca sama sekali oleh Jejen.
Apa? Kiara berkedip pelan.
"Lo kenapa?" Tanya Jejen lagi.
Gue? Bingung. Kiara tersenyum.
Jejen paham akan senyuman itu, senyuman sedari kelas tujuh yang sudah Jejen pahami.
Senyuman miris yang Kiara lakukan jika ia sedang ada masalah. Jejen tidak perlu bertanya lagi. Kiara sedang butuh waktu berfikir, jika sudah waktunya Kiara juga pasti cepat atau lambat akan bercerita masalahnya kepada Jejen.
Seperti biasa, jiwanya disini namun pikirannya berlarian mencari jawaban atas permasalahannya itu.
Jejen kembali mencolek Kiara pelan. Kali ini Kiara kembali menoleh dengan wajah cerianya.
"Apa jen?" Ucapnya akhirnya bersuara.
Jejen tersenyum manis, "Udah istirahat dari beberapa menit yang lalu. Mau ke kantin ngga?" Tanya Jejen lagi.
Kiara melotot, tak percaya ia segera melihat jam dilengan kirinya. Pukul sepuluh lewat lima. Bagus, Kiara kehilangan lima menit waktu istirahatnya.
Berhubung perutnya yang sudah berbunyi minta diisi, istirahat pertama akan Kiara lakukan dengan mengisi perutnya.
Satu mangkuk bakso panas sudah berada dihadapan Kiara, ditambahkan bumbu garam dan saus kedalamnya secara asal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
أدب المراهقينKesendirianku adalah ketika merindukanmu berharap hadirnya sosok hidupmu disampingku saat ini.