Bab 10. Efek Reverse Round

121 18 3
                                    

"Ya, aku tahu pasti kau minum Beastron. Threen tidak boleh memberikan itu banyak-banyak padamu," ia tersenyum kecut. Matanya berpaling ke layar lagi, "memang tidak ampuh membuat mabuk. Tapi, pasti membuatmu selalu melontarkan pertanyaan tak jelas."

Ketika mulutku terbuka. Lelaki yang tadi bersama Tom keluar dengan wajah berseri-seri. Tampaknya ia sudah melakukan sedikit eksperimen bersama Tom. Atau Tom dijadikan eksperimen.

"Kalian bersiap-siap berangkat," kata lelaki yang kutebak namanya Threen. Berpaling ke arah perempuan di depan layar. "Ivy, bagaimana menurutmu?"

Perempuan bernama Ivy itu melakukan pengamatan dari bawah ke atas badan Tom. Ia geleng-geleng kepala. Memberikan sedikit kritik dengan ketidaksesuaian warna jaket dengan kemampuan pedangnya nanti. Sarannya supaya memberi Tom seragam resmi saja. Threen mencoba menerima itu tanpa menyanggah. Matanya berseri-seri semangat untuk bereskperimen lagi.

Aku berpaling pada saudaraku. Tom bukan lagi sekadar anak lelaki ceking. Ia memakai rompi anti peluru yang dibalut jaket coklat. Membuatnya terlihat berisi. Di tangannya ada pedang. Tom mengeluhkan pakaiannya yang tampak kebesaran. Gerakan tak nyaman menarik-narik rompi. Kakinya bertumpu kiri-kanan. Aku berdiri. Mencoba mengamatinya.

"Threen," Aku memberanikan diri menyebutkan nama lelaki itu. Beruntung ia menoleh. "Kau yakin dengan..."

Kata-kataku terpotong. Sekelebat ingatan lagi-lagi datang. Lenyap dengan cepat. Aku merasakan kepalaku semakin tertusuk ribuan paku beton. Suara eranganku begitu menyedihkan. Mirip serigala terluka. Samar-samar kulihat Ivy dan Threen mendekati tubuhku. Tom juga melakukan hal sama.

"Kau tak apa-apa?" Threen menyentuh pergelangan tanganku, mencoba membantu agar aku duduk. Yang terjadi justru semakin menyedihkan. "Kau bukan Nikki," imbuhnya terperajat. Tangannya melepas genggaman. Aku hampir terjengkang jika Tom tidak segera menangkapku.

"Dia apa?" Ivy mengulang.

Threen menghela napas. Mondar-mandir beberapa langkah, lalu berbalik kembali ke Ivy. Seakan mau mengungkapkan ribuan fakta mengejutkan yang pastinya bukan hanya menganggetkan perempuan itu. Tapi, juga aku dan Tom. "Nikki ini berasal dari dimensi lain."

"Kau melakukan toucher lagi?" Ivy menatap Threen dengan tatapan penghakiman.

Threen menggeleng. "Aku belum bisa mengontrolnya. Yang jelas itu langsung terangsang ke benakku," katanya berusaha meyakinkan. "Nikki, aku merasakan pikiranmu."

"Hah! Hebat, sekarang kau memberi tahunya bahwa kau lantylity-human padanya? Kau bilang ini menjadi rahasia kita saja sampai menemukan obatnya?"

"Tapi, sampai sekarang pun kita belum menemukan obatnya," gerutu Threen. "Lagi pula, ia mungkin saja bisa membantu kita."

"Kemampuannya membuka portal. Menyerang dengan gelombang. Tidak ada yang bisa membantu dengan cara begitu," Ivy bertolak pinggang. Wajah cerianya lenyap.

"Bisa saja. Ia membuat gelombang dengan resonasi tertentu." Threen menyahut. "Mengarahkannya ke aku. Dan sembuh."

"Tidak... tidak bisa begitu. Kau pikir Nikki alat kemoterapi untuk kanker? Kau tidak sedang sakit kanker!"

Mereka terus berdebat. Ivy berpendapat bahwa ia bisa menyembuhkan Threen. Threen berpendapat, orang yang bisa menyembuhkannya adalah aku. Ivy menolak fakta itu. Ia mengungkit setiap tes darah, urine, dan tes-tes lainnya yang telah ia lakukan untuk Threen. Perdebatan itu berlangsung lama.

Setidaknya lantylity human disebut sebanyak dua puluh kali. Hampir ucapan mereka telah lewat dariku. Aku paham apa yang mereka perdebatan. Tapi, tidak cukup mengerti mengapa tidak langsung dengan lantang bahwa Ivy cemburu jika ada yang membantu lelaki itu selain dirinya. Threen kesal dengan kedekatan Ivy dengan lelaki lain yang bernama Jack. Masalah selesai. Namun yang mereka lakukan justru saling berteriak. Mencoba melempar pesan tersembunyi. Lalu, menyangkut pautkan dengan aku dan lantylity human.

Nikki and The Journey in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang