12 - Pukul Delapan

57 3 0
                                    

Bagaimana bisa ditahan sesuatu yang hendak lekas lepas

-~-

Pagi hari setelah mengantar Mada ke SD nya, aku berjalan cepat menuju kantorku. Sudah jam segini, aku khawatir pertemuan pagi ini akan dipercepat. Maka, langkah cepatku menjadi semakin cepat.

Tas selempangku bergetar, tanda ada panggilan masuk.

Aku menyelipkan tanganku ke dalam, mencoba menjangkau sumber getaran. Di mana ponsel itu menyelundup? Selalu seperti ini, menghilang di saat aku sedang terburu-buru.

Ck, benar-benar menyebalkan. Aku melirik isi tasku. Tisu, minyak telon, kubus rubik, beberapa berkas, ikat rambut, bedak, lip balm, dompet, tisu lagi. Ahh!

Langkah super cepatku terhenti. Kepalaku telah membentur sesuatu yang keras, tapi lembut. Penasaran aku mendongak, dan yang kulihat adalah hitam. Aku menengadah lebih jauh. Kuning langsat nyaris cokelat, lalu hitam kecokelatan.

Seorang pria. Yang diam menjulang, tidak sadar dengan benturan keras yang barusan menghantam punggungnya.

Aku baru saja akan mengucap maaf ketika getaran ponselku kembali hadir. Aku menghembuskan napas lega setelah persegi nyala itu akhirnya tergenggam tanganku.

"Ya, halo?"

Langit yang Mendekap Kota KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang