Tidak masalah menunggu, asalkan berujung.
-~-
Satu jam.
Aku kembali menekan tombol panggil di ponselku, nomor yang sedari tadi tidak juga mengangkat panggilanku.
Kulihat Kak Runa santai menghabiskan spaghettinya. Piringku masih belum tersentuh. Aku terlalu gelisah, dia ke mana sih?
"Makan dulu." Untuk ketiga kalinya Kak Runa menyuruhku berhenti berkutat dengan ponselku. Aku menghela napas, oke.
"Kamu yakin dia ini manusia?" Kak Runa meledekku. Tentu saja, tentu dia senang dengan keadaan ini. Mas Pandu yang sepertinya tidak akan datang.
"Iyalah, kak. Eehh aku kesal! Kenapa sih gak diangkat?" Lagi-lagi aku menekan tombol di layar ponselku. Lagi-lagi suara operator yang menjawab.
Kak Runa mengulum senyum, lantas berdiri membawa piring bekas dia makan, mencucinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit yang Mendekap Kota Kami
RomancePotongan cerita cinta dari mereka yang diam-diam saling memeluk