14 - Penyebab

45 1 0
                                    

Tanah di bumi turun karena hujan semalam suntuk, semalam suntuk.

-~-

"Om Syiiin!" Lovita berlari ke arahku bahkan sebelum aku mengucap salam. Tanggap sekali anak ini.

Dia memeluk kaki kananku erat-erat, wajahnya berbinar-binar.

"Ayo om, syalan! syalan!" Maksudnya jalan, ponakanku belum bisa melafalkan huruf j dengan benar dan ya, itu berarti dia memanggilku Jin.

Kuturuti saja, berjalan dengan gadis kecil itu memeluk kaki kananku, seperti koala memeluk dahan pohon.

"Loh mas? Tumben mampir?" Jenna melirikku sekilas, tangannya sibuk membersihkan cairan merah muda yang berceceran di atas meja makan.

"Om lihat om! Kolam pink Yopi!" Lovita sudah melepas kakiku, melompat-lompat girang menunjuk cairan itu.

Kulihat Jenna memutar mata, "Yopi, ini namanya sirup tumpah, bukan kolam."

"Kolam! Kolam! Yopi mau kolam!"

"Lah kok tiba-tiba pengen kolam siiih.." Jenna bergumam, dapat kudengar.

"Yah gimana dong princess, mama queen gak bisa keluar sekarang. Nanti aja ya tunggu papa king pulang." Jenna mencoba menenangkan ponakanku yang sedang manyun-manyun itu.

Aku sendiri memilih berjalan kembali ke ruang tengah, menyalakan televisi dan duduk di sofa.

Kafe tempat aku dan teman lamaku singgah tadi dekat dengan rumah Jenna. Itu sebabnya aku mampir.

Sudah lama aku tidak ke sini. Biasanya aku dan Jenna berkumpul di rumah orangtuaku. Atau Jenna yang datang ke rumahku.

Ponsel di saku celanaku bergetar, sebuah pesan masuk.

Mas nanti jam 7 jadi, kan?

Aku menatap layar ponselku cukup lama. Gadis itu, yang tiap sore menyajikan segelas kopi panas untukku. Gadis yang memilih untuk masuk ke lingkup jurang, meski sebenarnya dia bisa menutup mata, berjalan lurus dan mengabaikan.

Gadis ini punya sebuah permohonan, yang menurutnya tepat untuk aku penuhi. Menurutku.. Tanpa sadar aku menghela napas. Mengetik jawaban singkat untuknya. Bagaimana bisa aku menolak?

"Ayo Om Syin! Kita berenang!!"

Dahiku mengernyit ketika Lovita muncul dengan sebuah pelampung renang berbentuk gurita melingkar di perutnya. Dari lehernya menggantung sebuah kacamata renang dan bajunya sudah berganti dengan pakaian renang berwarna pink neon. Apa-apaan?

"Mas, ajak Yopi berenang dong!" Jenna meletakkan sebuah tas yang kuyakin berisi baju ganti milik Lovita di sisi sofa yang kosong.

Aku menatapnya tidak percaya. Setelah selama ini, dia masih saja menyuruhku menjadi pengasuh anaknya.

~

"Om Syin! Hp om gak bisa berenang ya? Masa Yopi bawa renang hp Om Syin tenggelam! Katanya smartphone?"

~

Langit yang Mendekap Kota KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang