..
Bayu memasuki rumah yang tidak terlalu megah tapi sangat menyejukkan karna banyak tanaman yang menghantarkanmu ke pintu utama.
"Assalamu'alaikum." Sapanya ketika masuk. "Tante.." Panggil Bayu sambil berjalan kearah kulkas yang ada di dapur untuk mengambil air dingin.
"Bayu tumben pulangnya agak telat?" Tanya tante Santi -Tantenya Bayu-
"Iya Tan, tadi nongkrong dulu sama anak-anak. Maaf Bayu lupa ngabarin."
"Teman-temanmu baik kan?" Tanya Tante Santi khawatir.
"Iya Tante sayang..." Bayu mendekat sampai didepan Tantenya lalu meraih kedua tangan Tantenya dengan sayang "Bayu udah gede Tan, ngga usah terlalu khawatir begitu. Bayu bisa jaga diri kok." Untuk mengakhiri kalimatnya, Bayu mencium kedua tangan tantenya.
"Maaf kalau tante terlalu khawatir. Kamu tau kan, tante sayang sekali padamu.." Ucap Tantenya.
"Iya Bayu tau. Tau banget malahan. Udah ah Bayu mau mandi dulu." Kemudian Bayu mengecup puncak kepala Tantenya.
"Yaudah sana. Habis mandi, jangan lupa makan. Tante sudah masakin kamu, dan ngga usah nungguin Om Eko. Katanya Om Eko ada lembur, jadi pulangnya telat."
"Iya Tanteku yang bawel." kekeh Bayu yang langsung mendapat tatapan mematikan dari Tantenya.
Bayu Eka Subastian. Dilahirkan dari sepasang suami istri yang saling mencintai. Tapi Tuhan tidak sempat mengijinkannya untuk melihat kedua orang tuanya. Ayahnya meninggal karna kecelakaan, dan Ibunya meninggal saat berjuang demi kelahirannya. Untuk itu, Om dan Tantenya lah yang mengurusnya sejak bayi seperti anak mereka sendiri.
Awalnya Santi dan Eko masih khawatir mau menceritakan semuanya atau tidak, tapi dengan penuh keberanian, Eko menceritakan semuanya kepada Bayu yang saat itu baru menginjak umur 7tahun. Menurut Eko, lebih cepat lebih baik. Karna kalau menunggu Bayu tumbuh dewasa, ditakutkan dia akan memberontak nantinya.
**
"Les nya udahan aja. Besok lanjut ke Limit." Riza mengintrupsi Aziz yang sedang bengong melihat papan tulis putih dengan banyaknya angka yang tak ia mengerti.
"Aziz!" Panggilan Riza membuat Aziz lamunannya hilang dan menoleh padanya.
"Kenapa kak?" Tanya Aziz bingung.
"Lesnya udahan. Dari tadi lo ngga fokus. Capek gue njelasinnya."
Ekspresi lega muncul di wajah Aziz. Akhirnya siksaan dari Matematika kelar juga.
"Besok lanjut Limit." lanjut Riza sambil merapikan bukunya kedalam tas mungilnya.
"Limit? Astaga! Apa diujian akan ada Limit?! Kenapa pelajaran yang nggak gue suka selalu muncul untuk masa depan gue?!" Cerocos Aziz.
Riza menghela nafas jengah. "Ya lo harus mulai menyukai pelajaran yang membawa lo ke masa delan lo yang katanya lo benci itu. Kalo lo udah bisa satu aja, lo nanti bakalan ketagihan kok."
"Kayak cintaku ke kamu gitu Kak. Ketagihan jadi nambah terus kak."
"Gimana mau pinter kalau kerjaannya cuma nggombalin gurunya terus." Suara laki-laki mengintrupsi Riza dan Aziz untuk menoleh ke sumber suara.
"Abang ganggu orang lagi ngrayu aja." Kesal Aziz.
Vero mendudukkan dirinya di sofa dekat Aziz belajar dan menyenderkan punggungnya. Tanpa sadar gerakan Vero tersebut selalu diperhatikan mata cantik milik Riza.
"Jangan ke makan rayuannya Za." Ucap Vero pada Riza.
Riza gelagapan dan sedikit salah tingkah. "I...iya." Kemudian Riza berdiri menggendong tasnya. "Gue pulang dulu Ziz, Ro."
KAMU SEDANG MEMBACA
VeloVero
Teen FictionPersahabatan yang sudah dibina Vero dan Velove, masih berjalan sampai detik ini. Namun, persahabatan mereka diuji dengan adanya orang ketiga yakni Bayu, yang mencoba memisahkan mereka. Bukan memisahkan, tapi lebih tepatnya adalah, Bayu cemburu denga...