Tiga Belas

35 5 0
                                    

Cantik.

Riza mematutkan diri di depan kaca memakai baju yang dikasih Aziz. Riza mengambil tas dan memakai sepatu untuk pergi kerumah Aziz mengajar les.

Kenapa Riza memakai baju yang dikasih Aziz? Karna dia mengingat pesan yang tadi dikirim oleh Aziz.

Kak, pakai baju yang Aziz kasih kalau kakak membalas perasaanku.

Dan sekarang, Riza memakai baju yang Aziz kasih. Berarti, apakah Riza udah mulai membalas perasaan Aziz?

"Baju baru ya, Dek? Bagus tuh. Kelihatan anggun." Puji Reza -Abangnya Riza-

"Iya Bang. Dikasih orang." Jawab Riza setelah meneguk segelas air yang baru ia tuang dari galon.

"Siapa? Cowok? Kamu udah pacaran, Dek?" Tanya Reza terkejut dan terkesan kepo.

"Nanti kalau udah jadian, Riza kasih tau. Sekarang anterin Riza ke rumah Aziz. Udah mepet nih." Reza pun menurut dan langsung mengambil kunci motot yang ada dimeja dekat TV.

"Kalau jadian, Abang dikasih traktiran ya?"

"Iya udah cepet!"

**

"Makasih Bay udah nganterin. Maaf soal yang tadi." Ucap Velove dengan memberikan helmnya pada Bayu.

"Iya. Kalau udah minta maaf, jangan diulangi lagi ya? Boleh deket, tapi kalau lagi sama aku, jangan bahas dia. Oke?" Velove mengangguk patuh.

"Tapi Love, kenapa kamu mau diturunin di rumah Vero?" Tanya Bayu.

"Mau ketemu sama Riza. Ini kan jadwalnya Riza ngajar Aziz. Yaudah pulang gih. Nanti keburu macet."

"Ngusir nih? Yaudah deh. I Love U." Bisik Vero. Pipinya Velove memerah karna malu.

"Kok ngga dijawab?" Bayu memasang wajah sok cemberutnya.

"I Love U too. More than you." Velove menjawab dengan berlari kearah rumah Vero karna malu.

Bayu hanya geleng-geleng kepala. "Gimana bisa gue marah sama dia, kalau kelakuannya lucu gitu?"

**

"K-kak Riza.." Aziz tergagap saat melihat Riza memakai baju yang dia kasih.

"Apa?" Ketus Riza. Riza masih aja bersikap sok galak pada Aziz. Padahal dia sekarang sedang malu minta ampun.

"N-nggak." Aziz menormalkan suaranya "jadi, Kak Riza membalas perasaanku?" Tanya Aziz setelah relax.

"Setelah dipikir-pikir nih ya Ziz, gue lebih milih yang udah pasti suka sama gue aja. Daripada harus nunggu yang tak pasti." Riza mendudukkan diringa di Sofa lalu membuka tasnya, mengeluarkan buku.

"Jadi? Hari ini adalah hari jadian kita?" Teriak Aziz senang.

"Jangan kenceng-kenceng bego! Kalau yang lain denger gimana?"

"Ayah sama Bunda lagi kencan, Bang Vero lagi futsal. Jadi ngga ada yang denger. Subhanallah... Terimakasih Tuhan." Aziz tampak girang, sedangkan Riza hanya senyum-senyum tidak jelas melihat tingkah Aziz.

"Tapi, gue denger." Aziz dan Riza sontak menengok ke sumber suara.

"Sejak kapan Ka Velove disitu?" Tanya Aziz kaget.

"Sejak kalian mulai bicara. Awalnya aku mau nyelonong aja. Tapi takut ngga sopan ganggu orang lagi tembak-tembakkan." Goda Velove.

"Kayak ko tau sopan santun aja No!" Masih ingatkan kalau Velove sering dipanggil Tresno?

"Kalian pacaran dulu aja. Gue mau kekamar Vero. Capek. Kalau nunggu Vero disini takut ganggu. Daaah.." Velove nyelonobg masuk kamar Vero yang sudah biasa ia kesana.

VeloVeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang