Enam Belas

37 4 0
                                    

Efendi mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu sambil memijat-mijat dahinya yang terasa sedikit pusing.

"Pa.." Panggil Jessica lembut. Kemudian Jessica mendekat dan duduk disamping Efendi.

"Maafin sikap Jessica kemarin-kemarin sama Velove, Pa. Jessica ngga tau sebelumnya kalau Velove itu.." Ucapan Jessica terputus. Dia enggan mengungkapkan kalau Velove tidak memiliki darah dari Papanya atau Mamanya.

"Jangan minta maaf sama Papa, Nak. Minta maaflah sama Velove." Ucap Efendi lembut.

"Maafkan Mama juga, Pa. Sekarang Mama lagi murung di kamar."

Efendi langsung menuju kamar mencari Niken.

**

Makan malam yang harmonis di kediaman keluarga Eko Subastian.

"Bay.." panggil Sinta di sela-sela makannya. Kemudian dia merogoh saku celana longgarnya dan mengeluarkan sebuah gelang.

"Ini apa Tan?" Gelang itu diberikan pada Bayu.

"Itu gelang kembar. Mamamu memesan itu sebelum kalian lahir. Kamu bisa simpan itu. Punya adikmu bertuliskan 'Princess' dan punyamu bertuliskan Prince' " Jelas Sinta.

Bayu mengangguk paham.

"Oh iya, dalam waktu dekat nanti kita akan makan malam sama Princess . Bayu, siapkan dirimu untuk bertemu adikmu." Ucap Eko.

"Baik Om. Kalau bisa secepatnya ya.." Kekeh Bayu.

"Kita harus menyesuaikan jadwal kita dulu. Perusahaanmu yang ditangani oleh keluarganya saat ini sedang maju pesat. Jadi dia agak sibuk." Jelas Eko.

"Sesuai kesepakatan diawal, Bayu akan mengajak adik Bayu tinggal bersama di apartement orang tua kami, Om, Tante."

"Iya Om ingat. Tapi setiap akhir pekan, kalian dilarang tidur di apartement. Harus menginap di rumah kami. Supaya kangennya terobati gitu." Eko mengeluarkan tawa di akhir kalimatnya.

"Besok sore kamu jemput Doora di bandara ya Bay. Om sama Tante ada acara nikahan relasi bisnis Om kamu." Pinta Sinta.

"Siap kapten! Kalau ada Doora, rumah nggak akan terasa sepi nanti."

**

"Ro, simpenin gelang gue nih. Takut ilang kalau gue yang bawa." Velove keluar kamar Vero dengan membebahi letak tasnya. Jangan lupa ya, kalau semalem Velove habis nginep dirumah Vero.

"Tapi ini kan barang lo yanh sangat penting, Love."

"Justru itu, makanya lo simpen aja. Lo tau kan gue ceroboh orangnya."

"Yaudah deh." Vero mengambil gelang itu dari tangan Velove.

"Sarapan dulu, Nak." Teriakan seorang Bunda yang menyuruh anak-anaknya sarapan terdengar sangat khas.

"Ayah udah kasih tau Papamu supaya jangan khawatir. Nanti pulang sekolah kamu pulang kerumah dulu biar mereka tenang." Ceramah pagi dari sang Ayah.

"Baik, Yah." lirih Velove.

**

Saat ini Velove dan Riza sedang duduk berdua di dalam masjid sekolah setelah menjalankan sholat dzuhur. Ini sudah memasuki jam pelajaran, makanya masjid sepi dan hanya meninggalkan mereka berdua.

Riza tampak kaget mendengar penuturan Velove. Velove selalu menceritakan setiap episode kehidupannya pada Riza, tidak terlewatkan satu kata pun. Bahkan Riza tau menu makan Velove dari sarapan sampai makan malam.

"Love.. Lo harus berterima kasih pada Papamu. Dia sangat menyayangimu selama ini. Juga Mama dan Kakakmu. Mereka berlaku buruk padamu karma mengira kau anak dari hubungan perselingkuhan." Ucap Riza tulus.

VeloVeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang