Lima Belas

50 6 0
                                    

--

Eko memasuki sebuah restoran makanan Jepang seorang diri. Dia berjalan menuju ruang VIP yang sudah dipesan oleh rekannya sebelumnya.

Bukan sok kaya atau apa, tapi supaya pembicaraan mereka nanti tidak dapat didengar pengunjung lainnya.

"Maaf tadi ada sedikit masalah di kantor, jadi telat." Ucap Eko setelah memasuki ruang VIP yang terbilang besar karna hanya ada 2 manusia yang menghuni diruang tersebut.

"Kayak sama siapa aja, pake maaf-maafan segala. Saya tadi sudah pesan makanan kesukaanmu." Ucap lawan bicaranya.

"Ternyata, kau masih ingat saja makanan kesukaanku, Fen." Kekeh Eko.

Fen? Ya, itu Efendi. Papanya Velove dan juga Jessica.

"Jadi, bagaimana keadaan Princess?" Tanya Eko kemudian.

"Nggak nanya keadaanku dulu nih?" Canda Efendi.

"Nggak perlu. Kalau kamu bisa bercanda dan duduk didepanku seperti ini, tandanya kau baik-baik saja." Jawab Eko.

"Yah memang aku baik. Dan kamu sepertinya jauh lebih baik, karna sudah melawanku dengan kata-kata dinginmu itu." Kekeh Efendi.

"Kabarnya Princess baik. Kalau Prince bagaimana?" Tanya Efendi balik.

"Dia tumbuh besar dan pintar kayak Bapaknya." Ucap Eko bangga.

"Berapa taun kita ngga ketemu, Ko? Gila! Kangen banget aku sama kamu dan Santi." Efendi mengulurkan tangannya untuk menepuk pundak Eko.

"Ya seumuran Prince and Princess kita lah. Kapan-kapan kita makan malam bersama keluarga. Prince sudah aku kasih tau siapa dia sebenarnya sejak ia kecil."

"Aku masih belum memberitahu Princess. Aku takut dia marah. Aku juga kasian dengannya karna selalu saja dimusuhi istri dan anakku yang pertama." Ucap Efendi.

"Dimusuhi maksudnya?" tanya Eko bingung.

"Niken mengira Princess adalah anakku dan Mira. Sudah aku jelaskan berulang kali, tapi dia tetep kekeuh dengan kecemburuannya itu." Efendi mulai curhat.

"Selama hampir 17tahun, Niken bertahan denganmu dan kecemburuan itu?" Kaget Eko. Efendi mengangguk lesu.

"Gila! Betah banget Niken musuhin kamu." Eko tertawa.

"Malah ketawa. Susah minta jatah tau ngga kalau marahan gitu." Kekeh Efendi.

"Anak udah gede juga. Inget umur."

"Oh iya, nanti kalau Princess udah tau, apa dia akan pindah rumah?" Tanya Efendi dengan nada sedih.

"Kata Prince, dia akan mengajaknya ke Apartemen milik orang tuanya. Dia ngga mau nyusahin kita lagi. Padahal aku nggak merasa disusahin sama sekali."

"Rumah bakalan sepi dong ngga ada Princess. Sebenernya aku agak nggak rela sih kalau dia pindah. Dia udah aku anggap seperti anak sendiri." Keluh Efendi.

"Ya walau bagaimanapun, mereka juga butuh pendekatan, Fen. Kita harus menghargai keputusannya. Lagipula, kamu bisa baikan kan sama Niken?" Goda Eko. Dan hanya dibalas kekehan kecil dari Efendi.

**

"Ini udah selesai kan?" Tanya Adi. Velove, Adi, Indah dan Danang sekarang sedang dirumah Indah mengerjakan tugas.

"Udah. Yok Nang, katanya lo mau nganter gue." ajak Velove.

"Salam buat Vero ya No. Salam ketcup basyah dari Indah." Indah mempraktikkan tangannya seperti cium jauh tapi dengan adegan yang lebih menggoda, bahkan dia sedikit mendesah manja di setiap huruf 'h'nya.

VeloVeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang