Tujuh Belas

42 4 0
                                    

Sabtu sore adalah hari dimana Vero dkk janjian main futsal.

"Bay, ikut dong. Nanti pasti ada Kak Vero kan?" Doora yang sudah klepek-klepek sejka pertemuan pertamanya dengan Vero di Cafe waktu itu terus saja ngintilin Bayu kemana dia pergi kalau ada Vero.

"Ogah. Lo ngga ngerasa ya kalau Vero itu risih sama lo yang nempel terus deket Vero?" Tolak Bayu.

Vero menanggapi Doora sesekali karna dia menghargai kalau Doora adalah adeknya Bayu. Sebenarnya Vero males juga sih nanggepin cewek yang kelewat berani untuk ndeketin cowok.

Vero tipe cowok yang ngga suka cewek genit. Dia lebih suka berjuang buat cewen daripada diperjuangin.

"Doora jangan ganggu Kak Bayu terus dong." Santi -Mamanya Doora- memperingatkan anaknya yang bandel tersebut.

"Ma.. Doora lagi merjuangin masa depan nih." Bela Doora.

"Tapi sayang ya Door, lo bukan masa depannya Vero." Bayu memakai sepatunya. "Udah ah gue pergi dulu. Daaah Doora." lalu menjulurkan lidah ke arah Doora.

"Bayu awas lo ya...!" Teriak Doora.

**

Futsal berjalan dengan lancar dengan hasil akhir selisih satu gol menang teamnya Bayu dan Udin (anak SMK).

Vero duduk dikursi sebelah Bayu lalu meminum isotonik yang tadi Velove kasih.

"Nih anduk. Kringet lo banyak banget. Untung ngga ada cewek, kalau ada pada histeris nanti." Bayu melempar handuk ke arah Vero.

"Gue udah bawa sendiri." Kemudian Vero mengambil handuk di tasnya yang biasa ia pakai untuk sekolah. Saat Vero mengambil handuk, ada sebuah benda jatuh dari dalam tasnya.

"Gue kekamar mandi duluan." ucap Vero.

Bayu mengangguk lalu mengambil air mineral didalam tasnya yang berdekatan dengan Vero. Tapi gerakannya terhenti saat melihat sebuah gelang yang tak asing tergeletak dilantai dekat tasnya Vero.

Bayu memungutnya. "Princess?" Gumam Bayu. Tangan Bayu sedikit bergetar. Princess adeknya. Padahal nanti malam adalah acara pertemuan keluarga untuk mempertemukan Bayu dan adeknya itu. Tapi adeknya kan cewek, nggak mungkin kalau itu Vero.

Bayu langsung lari kekamar mandi menyusul Vero.

"Vero!" Panggil Bayu.

"Apa?" Vero yang belum masuk ke bilik kamar mandi pun menoleh.

"Ini.." Bayu memperlihatkan gelang yang ia pungut tadi.

"Darimana lo dapat ini?" Tanya Vero panik.

"Tadi jatuh di deket tas lo."

"Syukurlah. Untung ngga hilang." Vero merasa lega.

"I-ini penting banget ya?" Tanya Bayu ragu.

"Iya. Gue dikasih amanah buat megang tu gelang." jawab Vero.

"S-siapa?" Bayu tergugup.

"Lo kenapa gugup gitu Bay?" Tanya Vero khawatir.

"Jawab gue. Ini gelang siapa Ro?!" Suara Bayu sedikit menegas.

"Lo kenapa nyolot gitu sih?" Vero masih belum jawab juga.

"Vero Angga Dihardja. Gue serius. Siapa pemilik gelang ini?!" Bayu mengeraskan rahangnya.

"Velove. Udah jangan galak-galak gitu ah." Vero ngeri dengan tampang serius Bayu.

Velove? Nama itu langsung membuat pertahanan Bayu runtuh. Dia tidak punya pegangan. Dia butuh bantuan untum berdiri.

VeloVeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang