Empat Belas

51 5 0
                                    


"YEAH!!! AKHIRNYA..." Velove teriak setelah mendapat kertas ulangan yang telah dikoreksi oleh Pak Jati.

"Tresno! Bacot lo tuh ya. Lo kira ini hutan?" Bentak Adi.

"Jangan ganggu kesenangan gue, Di. Gue lagi seneng karna ngga ikut remidi. Alhamdulillah Ya Allah.." Kedua tangan Velove membasuh mukanya sebagai ucapan bersyukur.

"Nilai segitu aja bangga lo." Ejek Riza.

"Percaya yang nilainya 100. By the way, makan yuk! Traktir gue 2 mangkok bakso." Ajak Velove. Tidak ada perasaan tersinggungpun dengan kata-kata Riza. Karna memang mereka sudah sering ejek-ejekan seperti itu.

"Kok 2 mangkok?" Tanya Riza kaget.

"Mangkok pertama karna lo udah punya pacar. Mangkok kedua karna lo dapet nilai 100."

"Kalau gitu, gue juga minta traktiran lo." Tantang Riza.

Velove membelalakkan matanya tanda bingung, -kenapa gue?-

"Karna lo ngga remidi Pak Jati." Jawab Riza seakan mengerti apa yang akan ditanyakan Velove.

"Setan lo ya. Yaudah ayok. Lo bayarin gue satu mangkok aja. Jadi utang traktiran gue ke elo impas." Riza pun mengangguk patuh. Urusan kayak gitu aja juga didebatin.

---

"Coro!" Setelah sampai dikantin, ternyata ada Vero dan antek-anteknya yang sudah duduk manis dengan semangkok soto dihadapan mereka.

Vero melambai kearah Velove dan Riza bermaksud menyuruh mereka bergabung.

"Za, sana pesen. Gue pedes ya, sambelnya 2 sendok. Kecapnya dikit aja yang penting kuahnya bisa coklat." Pesan Velove.

"Sendiko dawuh ndoro.." Ucap Riza dengan logat jawa yang artinya 'iya tuan putri'.

"Kenapa muka lo seneng gitu?" Tanya Dony setelah menyendokkan soto kemulutnya.

"Seneng lah. Nilai ulangan matematika gue baik. Dan ngga remidi." Ucap Velove senang.

"Berapa? Paling pas kkm. 6,5. Iyakan?" Tebak Vero sekenanya karna dia tau seberapa kemampuan Velove tentang pelajaran. Nilainya selalu pas dengan kkm.

"Weis! Sorry nih bung ngecewain. Tapi nilai gue ngga pas kkm tuh.." Ucap Velove bangga lagi.

"Berapa emang?" Tanya Alif.

"66. Lebih kkm kan?" Jawab Velove senang.

Ketiga cowok yang sedang menyendok soto mereka masing-masing pun langsung tersedak kaget.

"Kenapa kalian? Kayak ngga suka gitu." Kesal Velove.

"Uhuk.. Bukannya ngga suka, kaget aja No. Nilai bagus itu." Irvan menuntaskan batuknya, lalu menahan tawanya saat berucap seperti itu.

"Nih tuan putri baksonya sudah datang." Tiba-tiba Riza datang membawa 2 mangkok bakso. Yang satu untuk Velove, yang satu tentu buat dia sendiri.

Kedatangan Riza membuat para cowok berhenti menahan tawanya dan gantian menginterogasi Riza.

"Za, kata Vero lo jadian sama Aziz ya?" Tanya Alif.

Pipi Riza memerah karna malu.

"Kok pipinya merah? Berarti bener dong?" Tambah Dony.

"Wah! Lo harus bayarin soto kita kali ini Za! Tau gini, gue nambah 2 mangkok deh tadi." Ucap Irvan bersemangat.

"Perut aja yang diurusin!" Vero menepuk pundak Irvan gemes.

"Ngurusin perut itu penting Ro. Kalau perut lo ngga ada asupan makanan, apa lo bisa hidup coba?" Sahut Irvan.

"Iyain aja deh omongannya si Irvan biar cepet kelar." Ucap Velove.

VeloVeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang