"Ini.. diminum.'' Sora menyodorkan gue segelas susu coklat hangat.
"Makasih ... dan maaf merepotkan.'' Gue tersenyum kikuk.
Gue akhirnya kerumah Sora karena gue nggak tau mesti kemana. Untunglah keluarganya sangat baik dan welcome ke gue.
Terutama ibunya, ia wanita yang sangat lembut dan perhatian. Gue iri banget liatnya.
Kalau aja mama masih hidup...
Stop mik! Stop! Bisa-bisa gue nangis kalo inget nyokap!
"Apa kamu sudah menghubungi keluargamu?'' Tanya ibunya Sora.
"Ah, sudah oba-san. Terima kasih banyak.'' Gue tersenyum lembut.
Gue dipinjamkan pakaian milik ibunya Sora sebagai baju ganti. Seragam gue nggak berbentuk lagi.
"Bagaimana kalau kamu menginap saja malam ini?'' Tanya ibu Sora.
Gue menimbang-nimbang sejenak. Ragu ingin memberi jawaban. Tapi gue juga belum mau ketemu Ken. Gimana dongggg?
"Ah tapi..'' gue menggigit bibir.
"Biar Sora menghubungi keluargamu saja. Ini sudah malam sebaiknya kamu menginap.'' Katanya lagi.
Gue akhirnya mengangguk. "Baiklah..''
Ibunya sora langsung tersenyum lebar ke arah gue.
Sora beranjak ingin pergi, tapi gue menarik ujung bajunya.
"Sora-san.. tolong jangan beritahu Ken keadaanku.''
Sora mengangguk setuju lalu pergi.
"Wajahmu sangat pucat. Sebaiknya kau makan dulu.'' Kata wanita setengah baya itu mengelus punggung tangan gue.
Gue mengangguk.
"Oh ya, pipi kirimu semakin membiru. Sebaiknya diobati, tante akan menyuruh Sora membantumu.'' Ia tersenyum lagi.
Ia sangat peduli dengan gue. Seakan-akan gue bagian dari keluarganya.
***"Ah..'' gue meringis saat Sora mengompres pipi kiri gue yang membiru dengan es batu.
"Sakit?'' Tanyanya lembut. "Tahan sedikit.''
"Kenapa bisa seperti ini?'' Sora menatap mata gue.
Gue jadi salah tingkah dibuatnya, melihatnya dari dekat seperti ini. Dia sangat manis..
"Ah itu... aku terjatuh.'' Gue tak berani menatap matanya.
"Bohong.'' Sora menyipitkan matanya dan terus melihat gue.
Gue terdiam sesaat. Apa gue harus jujur?
"Ken ... yang melakukannya.'' Kata gue akhirnya.
Sora tersentak kaget mendengar jawaban gue.
"Kau pasti tak percaya sora-san. Aku bahkan masih belum bisa percaya ia seperti itu padaku.'' Gue tersenyum kecut.
Dada gue nyeri setiap inget Ken yang nampar gue cuma demi cewek brengsek itu.
Sora hanya diam tanpa ekspresi. Gue nggak tau apa yang sedang ia pikirkan.
Sora kemudian memberikan salep ke pipi kiri gue dengan hati-hati.
"Selesai.'' Sora menepuk pelan puncak kepala gue.
"Istirahatlah, besok kau harus sekolah kan? Aku akan mengantarmu pulang besok pagi.'' Sora mematikan lampu lalu beranjak keluar dari kamar tamu yang gue pakai menginap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Sister! (END)
HumorMikhana Wilson, gadis keturunan Amerika-Jepang-Indonesia yang mencoba memulai hidup barunya bersama ayah dan Ken, kakak laki-lakinya yang sangat ia benci. Ia harus pindah ke jepang dan hidup di kota baru, sekolah baru, lingkungan baru, teman baru, d...