"Lo kenapa Pet?" Laras menatap Petra yang baru membanting tas ranselnya ke atas kursi. Wajahnya yang terlihat suntuk ia sembunyikan dalam lipatan tangan di atas meja. "Tumben ngantuk."
Petra tidak menyahut. Cewek itu bergeming sambil mencoba memejamkan mata.
"Pet," panggil Laras.
"Petraaa." Laras meninggikan suaranya membuat Petra terbangun dengan wajah gusar.
"Apaan sih Ras?" Petra mengucek matanya dengan punggung tangan. "Gua semalem kurang tidur tau."
"Emangnya lo tidur jam berapa?" Laras mengangkat sebelah alisnya, tersenyum menggoda.
"Jam dua." Petra melanjutkan aktivitasnya menempelkan kepalanya dengan meja, dan melanjutkan tidur.
"Ih Petra." Laras mengerucutkan bibirnya. Sebuah ide iseng kini menggerayangi kepalanya. Laras tersenyum usil. "Petra, ada Damar tuh."
Tanpa basa-basi lagi, cewek yang tengah mencoba terlelap itu langsung membuka kedua kelopak matanya. Bangkit dan sesaat kemudian ia menyadari bahwa itu cuma akal-akalan Laras. "Rese banget sih Ras."
Laras terkekeh. "Lo beneran suka sama Damar ya?"
Mendengar suara Laras yang cukup nge-bass itu membuat Petra bangun, membulatkan matanya, tangan kanannya merangsek mencubit paha Laras dengan kencang.
Laras meringis. "Gua heran sama lo Pet, tenaga lo kuli banget tapi olahraga tetep aja jeblok."
Petra bersungut. "Nggak usah bahas nilai olahraga dong."
Laras terkekeh lagi, ia mendekatkan wajahnya dengan senyum menggoda. "Kalo bahas Damar boleh?"
Petra melotot. "Apaan sih, Damar mulu."
"Abis ya, dari kecil gue deket sama lo, baru kemarin gua liat lo salting kayak gitu." Laras mengacak-acak poni Petra, gemas. "Iya deh yang sekarang udah puber, jadi suka-sukaan."
Petra melengos, mengabaikan Laras yang tidak berhenti menggodanya.
"Pet." Laras menyikut Petra, membuat Petra hanya bergumam tidak jelas.
"Gue minjem PR fisika dong," cengir Laras menunjukkan giginya. "Abis itu ntar temenin gue ke toilet ya."
Petra mendengus, tangannya merogoh tas ranselnya, mengambil buku tulis fisika miliknya dan menyerahkannya pada Laras. Laras yang ketemplokkan rezeki terkekeh sambil menerima buku fisika Petra. Beberapa menit kemudian gadis itu sibuk mengerjakan miliknya.
((( P A R A D I G M A )))
"Ketua kelas kumpulkan PR." Pak Andalas yang baru selangkah masuk melewati pintu kelas tiba-tiba berteriak keras. Wajahnya yang sangar membuat seisi kelas mematung diam.
"Tapi Pak, Egra enggak masuk, sakit," celetuk seorang anak yang duduk di tengah.
Pak Andalas memutar pandangannya, menatap satu persatu wajah muridnya. Ia berhenti, mengunci pandangannya di pojok ruangan. "Kamu, Damar, yang lagi main HP di pelajaran saya. Kumpulkan tugas atau saya suruh kamu kumpulkan HP kamu biar disita."
"Saya Pak?" Suara laki-laki itu membuat Petra menoleh dan mendapati Damar yang sedang berdiri dengan alis menyatu ke atas. Sumpah, Petra deg-degan
"Iya kamu siapa lagi yang namanya Damar memangnya?" omel Pak Andalas sambil mengeluarkan buku absennya. Damar akhirnya dengan lunglai berjalan mengelilingi kelas, menghampiri meja tiap meja.
"Pak Andalas kenapa hari ini? Lagi PMS ya?" bisik Laras dengan sangat pelan.
"Ssst ah. Enggak boleh gitu," ucap Petra yang fokus menatap sang guru yang duduk di depan dengan tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigma
Teen FictionTentang mereka, dua orang dengan dua cara pandang. Yang merelakan kebahagiaan untuk mengejar mimpinya, dan yang merelakan mimpi untuk bahagia. "Mungkin karena paradigma kita yang berbeda, rasa kita tak dapat menyatu." Forursmile.2017 P.s : ini teen...