hai. para readers. :D
well, sekarang H-6 buat yang UAN SMA. so, bagi kalian yang sudah kelas 3 SMA ayoo, pending dulu bacanya. fokus belajar dulu. ceritanya gak bakal kemana kok. :v
jadi, buat kalian yang mau UAN. semangat! kalian pasti bisa.
.........................................................................................................................
"Adrian! Adrian tunggu! Dengarkan penjelasanku dulu! Adrian!" aku berlari sekuat tenaga mengimbangi langkah Adrian yang terlampau cepat. "Adrian! Berhenti! Berhenti! Dengerin aku dulu!"
"BANGSAT! DIEM LO!"
Hatiku bagai di tombak mendengar kata-kata kasarnya, berbekal kenekatan juga sekuat tenaga menahan rasa sakit di dada. Aku menahan tangan adrian, dan memaksanya berhenti berlari. Dia meronta sejadi-jadinya.
"Adrian! Dengerin penjelasanku dulu. Aku mohon."
"LEPAS! LEPASKAN GUE BANGSAT! LO BUDEG YA! LEPASKAN GUE!"
Aku tetap keukuh menahan tangannya. Aku tak akan melepaskan tangannya sebelum dia mendengarkan penjelasanku. "Adrian please. Dengerin aku dulu."
"Brengsek lo ya jadi orang! Gue muak ma lo! Lepasin gue bangsat!" aku tetap menggeleng. Aku tetap mencengkram tangannya. "LEPASIN GUE!! GUE MUAK LIAT MUKA LO!! GUE JIJIK LIAT ELO!! GUE KIRA ELO NGELAKUIN KARENA ELO IKHLAS!! GUE KIRA ELO NGELAKUIN ITU KARENA LO BENER-BENAR SAYANG. TAPI LO EMANG BANGSAT! LO SAMA AJA! LO BAHKAN LEBIH RENDAH DARI PADA SAMPAH!"
Mendengarnya memakiku dengan sedemikian rupa membuatku merasa jantungku di remas. Terasa menyakitkan. Seperti di sayat-sayat oleh sebuah pisau. Yang lukanya sampai bernanah. Belum lagi seperti di siram oleh garam sekilo, dan di tetesin jeruk nipis. Rasanya menyakitkan. Aku menggigit bibir bawahku. Menahan semua kepedihan oleh kata-katanya.
Harusnya dia tau. Tapi kenapa dia tak mau mendengarku?
"Adrian, aku mohon dengerin dulu penjelasanku."
"Penjelasan apa? heh?! Penjelasan yang jelasin semua tingkah laku lo hanya sebuah akting? Akting agar meluluhkan gue? iya?! Kalau iya selamat! Lo berhasil ngeluluhin hati gue. selamat lo dapat nipu gue dengan sangat hebatnya. Lo berbakat Andara! Oh salah. Kak Andara sang ketua OSIS."
Jantungku rasanya berhenti berdetak. Bagai di siram oleh air es, aku membeku di tempat. Aku tak dapat berbicara apapun. Aku bahkan tak bisa berpikir apa yang seharusnya aku lakukan. Aku juga bahkan lupa kalau aku sudah menjadi bahan tontonan seluruh anak sekelas di koridor. Aku melupakan bahwa aku telah menyakiti hatinya. Aku terdiam menatapnya. Apa yang harus aku lakukan? Seakan otakku mendadak tidak berfungsi. Semua fungsi kerja badanku seakan tak berguna.
Dengan cepat Adrian menampis tanganku dengan mudahnya. Lalu berjalan menjauh dariku. Aku masih mematung tak paham dengan apa yang baru saja terjadi. Hingga sebuah tangan menarikku dengan halus. Aku hanya dapat mengikutinya tanpa ada sebuah protesan yang keluar dari bibirku. Aku seakan bagaikan mayat hidup yang menatap kosong di arah depan.
Orang yang menarikku kini menuntunku duduk di salah satu kursi taman. Dengan cepat dia memeluknya. Bau mask tercium dari hidungku. Bau ini adalah milik Joana. Dan ternyata benar, orang yang memelukku adalah Joana.
"Udah. Lo gak usah shock. Mungkin Adrian masih belum bisa menerima alasan yang bakal elo utarakan. Kasih saja dia waktu. Oke?" aku hanya mengangguk dan memeluknya. Selain Adrian, Joanalah yang selalu menjadi target aku peluk. Terasa nyaman ketika aku memeluk Joana.
Mungkin benar kata Joana. Aku harus memberinya sedikit waktu. Dan saran dari joana sedikit membuatku lega. Aku melepas pelukkan Joana.
"Idih! Ngeliat lo, ma Joana pelukkan kayak gue ngeliat homo ma banci pelukan." Aku menatap Zen yang ada di sampingku menatapku dan Joana jijik. Dengan cepat aku tonyor kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)
Teen Fictionno descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.