*Keraguan*

9.4K 764 92
                                    

Pict: Rushyantama Kiandre Pradwiga a.k.a Kian

yahooo..akhirnya ujiannya author selesai, menyelesaikan peperangan dengan cucuran darah. #plak! oke abaikan.

tapi seneng banget kalau nggak ada beban gini. XD uang udah selesai UAN anak SMAnya happy holiday yaaa. buat yang SMP semangat mau UANnya. XD

happy reading~

.................................................................................................................

"Lo kemarin apa deh? Main kabur segala, ngebut-ngebutan di jalan?" ucap Jake. Aku menghiraukannya, masih tetap menyedot rokok yang ada di tanganku. Aku sekarang sudah cukup stress, jadi aku gak mau memikirkan dia untuk sekarang. Abaikan saja apa yang di ucapkan Jake. Aku menutup mataku dan menikmati rokok yang ada di tanganku. Andai saja nasib aku gak gini. Andai saja, aku nggak ketemu dia. Andai...itu semua hanyalah mimpi.

"Adrian! Lo dengerin gue kagak sih?" aku hanya bergumam menjawab perkataan Jake. Pikiranku sekarang ini cukup kalut di kepala. Sampai-sampai rasanya ingin sekali aku benturkan di dinding, sangking pusingnya. "Lo yang gentle donk. Tawuran sanggup, ngadepin anak cowok kagak sanggup."

"Tau apa lo soal gue? Hem?" ucapku mulai terpancing emosi.

"Ya, lo sukanya ngelariin diri mulu. Lo cowok gak sih?" aku menatap Jake dengan tajam. "Jadi menurut lo, lo gentle gitu di banding gue? Heh?! Songong amat lo."

"Yang penting gue gak lari dari masalah yang harusnya gue hadapi. Gak kayak elo. Lo, cemen banget."

Aku lempar rokokku ke bawah dan menginjaknya dengan kasar. "Shit! Lo cari gara-gara ma gue heh?! Apa mau lo? Toh ini bukan urusan elo. Ini urusan gue ma Andara. Ngapain lo banyak bacot banget?!"

"Dri, gue hanya gak ingin lo nyesel. Apa salahnya sih lo mau dengerin penjelasan kak Andara. Toh gak jelek banget kan?"

"Lo ini ngehina atau bagaimana? Dia bahkan gak ada usaha untuk menjelaskan! Jadi buat apa gue abis-abisin waktu gue buat hal yang gak penting!! Lo jangan konyol, deh Jake! Gue lama-lama muak ma lo tau gak?!"

Aku berbalik dan berniat ingin cabut. Aku sudah kehilangan mood saat membicarakan si brengsek itu. Gue dah cukup tau dengan apa yang dia lakukan. Dia hanyalah seekor ular licik dan berbisa yang dapat membunuh kapanpun yang dia mau. Aku menyesal, saat itu aku menolongnya. Harusnya aku tak menolongnya. Aku tending kursi kayu yang ada di sampingku, melampiaskan segala kekesalanku. Entah mengapa rasanya mengingat wajahnya saja, emosiku selalu meletup-letup. Kejengkelanku seakan nggak ada habisnya selama si brengsek itu masih berkeliaran di sekolah.

"Cih! Brengsek."

Aku berjalan menuju kantin, berniat ingin ngerokok, juga menenangkan pikiran. Palinggak kopi panas nikmat juga. Tapi sayang, niatanku tak terkabul begitu saja. Pemandangan memuakkan tertampang jelas di depan wajahku. Membuat rahangku menggertak keras. Tanganku mengepal dengan keras. Muak! Aku muak! Aku benar-benar ingin marah! Aku muak melihatnya.

Aku dengan cepat berjalan di hadapan si brengsek itu. Apa yang harus membuat aku mau mendengarkan si brengsek ini? Apa? Dia seenak pantatnya mempermainkanku. Seenaknya dia tertawa-tawa gak jelas dengan senangnya. Bila itu maunya, akan aku buat kamu merasakan, apa itu yang namanya menderita. Aku berhenti tepat di depannya. Dia yang tadi awalnya tertawa entah sama siapa, kini terdiam kaku menatapku. Matanya membulat dengan sempurna ketika melihatku.

"A-Adri—"

"Sampah! Lo murahan banget ya." Dia terkesikap mendengar kata-kataku. Belum! Aku belum puas! Aku melirik seorang anak cowok di sampingnya. "Heh? Jadi dia pengganti gue? Wow. Gue ngejauh lo dapat yang lebih tua ya. Hebat. Lo memang ahli dalam menggaet anak cowok ya."

[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang