pict: Jake Adamadisa Bagaswara (Jake)
.....................................................................................................
"Anjrit! Elo ngapain deh?" aku menatap Joana yang memberikanku tatapan jijik. Akupun hanya balik menatapnya bertanya.
"Elo bawaannya senyum-senyum sendiri. Napa lo? Kesurupan? Pasti setan penunggu hutan. Habis dia kan abis dari hutan deh kemarin." timbal Zen.
"Eh! Ya kagak sih. Alah elo berdua diem ajalah." Aku tetap menatap tumpukan-tumpukan keras putih yang ada di hadapanku. Ini menandakan bahwa tugas ketua OSIS sedang menggunung. Tatapanku beralih pada layar monitor persegi panjang di hadapanku. Aku mengecek setiap data tulisan, huruf, angka serta susunannya. Agar tak ada yang salah.
"Yaelah, Aan. Kita nongkrong bukan berarti elo bawa tugas elo ke sini kali." Protes Zen. Dia menatapku tak percaya dengan 2 proposal yang ada di hadapanku ini.
"Elo salah kalau ngajak ketos nongkrong. Kayak elo gak tau tugas ketos gimana." Aku tak ingin apa yang aku lakuin di hina. Karena mereka harusnya mengerti apa yang menjadi tugas seorang ketos.
Zen menggaruk tengkuknya. "Gue kasian ma lo. Tiap hari bawaannya pacaran mulu ma kertas."
"Ngomong-ngomong soal pacaran..elo di tembak sama Ariana??" tanya Joana dengan antusias. Aku hanya menganggukkan kepala tanpa mengalihkan pandanganku terhadap layar monitor di depanku. "Dan, oh shit! Elo nolak dia? Ariana Sekar Ramansari?! Serius lo?!" kembali aku hanya mengangguk untuk mnjawabnya.
"Anjrit! Gue nembak dia di tolak bro. Udah 5x gue nembak dia. tapi di tolak semua. Katanya udah ada orang yang di sukainya. Monyet! Ternyata elo yang di sukai Ariana?" ujar Zen. Aku patut merasa kasian pada Zen. Dia nembak 5x di tolakpun sebanyak 5x.
Joana kini memircingkan mata menatapku curiga. "Napa lo nolak dia? Ariana orangnya lemah lembut, baik. Anaknya sopan. Dan elo nolak dia?! elo ada yang lo sukai?" aku menatap Joana heran.
Apa mereka tak tau sepanjang ini aku tak menyukai seseorang? Aku memutarkan mataku dengan bosan. "Lo-lo pada tau kan gue gak ada yang gue sukai."
Mereka berdua seakan menatap makhluk yang ada di hadapan mereka adalah makhluk yang tidak mereka kenal. Seakan-akan aku adalah alien yang nyasar mempir ke bumi. Tentu saja aku mengerang protes. "Ada apa dengan kalian?! Tatapan kalian belum pernah di colok ya?"
"Serius apa yang lo bilang?" ucap Joana mengabaikan kata-kataku.
"Lo manusia dari abad apa deh? Jangan-jangan lo ciuman ma cewek belum pernah kali." Tebak Zen dengan mata yang dia sipitkan menatapku misterius.
"Sialan! Gue pernah! Kemarin. Waktu di bukit tinggi. Gue di cium ma Ariana. Salah dink, dia yang nyium gue." ucapku sambil berlagak berfikir. Yeah kalau di pikir-pikir itu ciuman pertama aku deh.
Mereka menatapku seakan aku adalah sebuah penjahat yang telah kabur dari sebuah lapas penjara. 'Serius elo di cium Ariana?!' dan 'Berapa lama lo di cium Ariana?' tanya Zen juga Joana secara bersamaan.
"Serius. Dia yang nyium gue. berapa lama lo tanya? Hem. Bentaran kok. Paling hanya beberapa detik. 5 detik kali ya? AW! Napa lo nabok gue setan?!" protesku saat tangan Zen dengan mulusnya nabok kepala gue.
Dia mengendus dan juga natap gue secara tak percaya. "Itu namanya kecupan sialan! Lo ini manusia purba atau gimana?! Gila! apa aja yang lo tau tentang ciuman?! Jangan bilang kecupan yang lo pikir itu ciuman adalah ciuman pertama elo!" hardik Zen tak terima.
Aku yang menatap mereka hanya memerjapkan mataku dengan imutnya. Emang beda gitu ciuman dengan kecupan? Kalau iya bedanya di mana coba? Kan sama-sama di lakukan antara bibir dengan bibir? Aku hanya mengangguk dengan imutnya. Dan sukses membuat kedua curut itu histeris sehisteris mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)
Teen Fictionno descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.