*Si Troublemaker*

16.9K 1K 26
                                    

pict: Razena Putra Sanjaya

.....................................................................................................................

Aku menghela nafas demi menghilangkan rasa pegal. Ini masih jam 1 dini hari. Dan sialnya aku kebangun gegara aku abis puang sekolah meminum obat dan tertidur di saat abis sholat magrib. Alhasil aku sekarang terjaga. Ingin tidur lagi rasanya tubuhku berteriak sakit. Akhirnya aku hanya duduk dan mengambil hpku yang ada di meja nakas. Aku melihat ada 250 Line, 23 SMS, 19 misscall, dan 69 WhatsApp, serta 6 BBM. Aku mendecak luar biasa inilah kekuatan petemanan yang di mulai dari bontot. Aku hanya menghela nafas isinya sama aja, spam ja. Isinya ya kalau gak 'Aan, lo dimana?' atau 'Lo dah di anter lom ma bocah setan itu.' Atau 'bales coy!', yeah kalau gak 'gw bunuh tuh cecunguk.' Udah selebihnya grup kelas. Elah. Capek deh.

Akupun memilih opsi untuk mengabaikan pesan-pesan itu. Aku sedikit bergidik ngeri melihat mereka yang layaknya stalker sekarang. Aku bangkit dari kasur dan berjalan keluar. Suana sepi tentu menyelimuti rumah yang tak besar ini. Aku menuruni tangga dan berjalan menuju dapur. Mengambil segelas dan mengisinya dengan air putih dingin.

Membawanya menuju meja pantry dan duduk di kursinya. Aku meneguk abis air putih yang ada di gelas kaca itu. Dan menaruhnya di meja. Kini pikiranku melayang tertuju saat beberapa jam yang lalu. Erm. Bukan jam. Tapi kemarin. Entah mengapa aku mengingat segala masalah yang timbul membuatku pening. Semenjak mengenalnya ada saja masalah yang menghampiriku. Padahal sebelum-sebelumnya sangat damai. Aku menghela nafas untuk menghilangkan beban. Mungkin kalau aku tidur lagi sedikit membaik. Akupun melangkah menuju tangga dan memasuki kamarku.

.

.

.

Aku menatap seseorang yang sudah nyengir di depan gerbang. Dengan lagaknya yang sok aku yakin, yang melihatnya akan aku jamin bakal rela menonjok mukanya. Aku yang melihat hanya mematung berdiri. Menggenggam pegangan pagar dengan erat. Bukan karena makhluk di depanku yang membuatku mematung. Tapi jenis kendaraan apa yang dia bawa. Dan itu sukses membuatku menyerengit tak paham.

"Ayo, berangkat bareng gue."

Apa aku pernah bilang kalau dia sedikit freak? Yeah mungkin sekarang aku akan mengatakannya. Ada apa dengannya? Apa dia salah makan? Aku menatapnya dengan alis terangkat sebelah. "Ngapain elo di depan rumah gue?"

"Apa telinga elo tuli? Gue kan udah bilang, kalau gue ngajak elo berangkat bareng."

Aku menatapnya dengan rasa tak percaya. Seingat aku dia masih kelas 10. Dan tentu umurnya masih terlalu kecil untuk, yeah mendapatkan ijin menyupir sebuah...mobil? seingatku ada peraturan sekolah yang melarang siswanya yang tak memiliki SIM kendaraan untuk membawa sebuah kendaraan?

"Gak. Thenks. Gue bisa berangkat sendiri."

Kini raut wajahnya menahan rasa kesal. Dan sapa peduli. "Lo ini batu banget sih. Susah amat nerima kebaikan gue?!" kini dia menaikkan nada bicaranya. Tapi sapa yang peduli. Aku membuka pagarku sedikit lebar, dan berjalan menuju sepeda motorku yang terparkir manis di garasi.

"Lo ini apaan sih. Gue udah berbaik hati juga untuk nawarin elo buat-"

"Gue gak minta elo jemput gue. dan gue gak minta elo buat berangkat bareng." Potong dengan cepat. Cepat-cepat aku mengeluarkan sepedaku dan menutup pintu garasi. Setelah keluar pagar. Aku segera mungkin mengunci gerbangku dan menaiki sepedaku. Tapi sayang, bocah setan ini malah menghalangiku dan berdiri tepat di depan sepedaku. Aku menyerengit menatap dia.

[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang