Terima kassihh. ^^ terima kasih atas dukungan kalian para readers. ^^
author senang. sangat senang. :) karena kalian ceritaku ada. ^^
terima kasih yang sudha kirim komentar. hehehe. banyak request buat cerita Luke dan Jake. atau Zen dan Joana. nanti kalau ada ide ceritanya atau kalian punya ide cerita bilang aja. ^^
akan author coba buatkan. ^^
happy reading~~
................................................................................................................
Aku menatap pasangan yang baru saja masuk ke kantin. Aku ingin sekali menutup mata. Aku tak ingin melihat apa yang terjadi pada mereka. Aku dengan cepat memalingkan wajahku dari arah pintu masuk kantin. Aku menggigit bibir bawahku. Aku menahan semua rasa kecewa juga sedihku. Sedangkan Zen, Joana, dan juga Luke hanya memandangku dengan prihatin. Sungguh aku tak butuh pandangan seperti itu. Dengan cepat aku berjalan keluar kantin. Aku sudah terlalu capek untuk berusaha. Tapi nyatanya dia hanya mempermainkanku.
Aku melangkah lebar menuju perpustakaan. Aku membutuhkan suasana tenang. Semenjak kejadian malam itu, Adrian bahkan tak menghubungiku sama sekali. Satu pesanpun sama sekali tak dia beri. Bahkan sudah puluhan aku memberinya pesan. Tapi dia juga tak membalas. Aku mengeratkan kepalan tanganku. Jangan main-main. Aku bahkan tak pernah terpikir semua hanyalah main-main. Ingin sekali aku menonjok wajah orang sekarang. Untuk melampiaskan kekesalanku.
Aku menidurkan kepalaku di atas permukaan meja. Rasanya menyakitkan melihat orang yang kita sukai di gandeng oleh orang lain. Aku mencengkram baju yang aku kenakan pas di depan dada. Rasa sakit, sesak, bercampur menjadi satu.
Apa semua yang aku lakukan nihil di mata Adrian?! Apa semua yang aku lakukan percuma? Tak ada nilainyakah? Aku memukul-mukul dadaku. Astaga. Ini jauh lebih menyakitkan. Apa ini karma karena aku juga menyakiti seseorang?
Aku benamkan wajahku di atas lipatan tanganku. Aku ingin semua ini hanyalah mimpi, dan siapapun, tolong bangunkan aku.
"Aan." Aku mendongak dan menatap seseorang yang tadi baru saja memanggilku.
Alangkah sakitnya mereka di sini dengan sikap mesrah mereka. Hatiku berdenyut sakit. Aku menahan semua dengan menggigit bibir bawahku.
"Erm. Sorry. Aku baru ketemu kamu. Dan gak kasih kamu pesan. Aku...aku ingin beri tau kamu se-se..."
"Kamu lama, Rian! Kamu hanya bilang gitu saja ke sahabatmu saja lama." Aku membulatkan mataku. Aku menatap Adrian dengan tatapan tak percaya. Apa tadi? apa dia memperkenalkanku sebagai sahabat? Tanganku bergetar hebat. Apa? ada apa ini?
"Nama kamu Andara ya? Kami ingin beri tahukan ke kamu. Kami pacaran. Hihi. Setelah 2 tahun lamanya aku tak bertemu dengan Rian. Aku beri tahu ke kamu, karena kata Rian kam—"
"Cukup Qilla! Ayo keluar!"
"Aaahh. Aku belum cerita banyak dengan sahabat kam—"
"QILLA!!" aku tak bisa fokus dengan arah pembicaraan mereka. Aku tak paham apa yang di maksud cewek itu. Aku tak mengerti, apa yang baru saja mereka bicarakan.
"A-Aan.." Plak!
Aku menampis tangan Adrian yang ingin menyentuh lenganku. Sakit. Dadaku terasa sesak. Aku menatap mereka. "Congratulation. Moga kalian..langgeng."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)
Teen Fictionno descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.