*Ancaman*

8.1K 667 105
                                    

hay! hehehe. kangen author gak? :D canda ah. 

pada greget ya ma Adrian sama Andara. maaf yaa. tapi sifat mereka sudah begitu. :3

jadi harap maklum, kalau ceritanya ada greget2nya. :D

ide creatif by BibiSong

Happy reading~~

..................................................................................................................


"Lo mau kemana, Zen? Joana?" aku menepis tangan Luke dengan lembut. Aku tersenyum miring. Sedangkan Luke hanya memandangiku. Dia menatapku heran.

"Sedikit memberi pelajaran?" ucapku sambil menaikkan alisku.

"Ha? Pada siapa? Lo gak lagi pada ngocol kan, Zen?" dia mencengkram lengan bajuku. "Lo gak berniat bersifat kekanakkan kan?"

"Dari pada gue harus diem ngeliat sahabat gue hancur." Luke menatapku dengan tatapan sedih. Aku tau aku sedang menyinggung kelemahannya. Tapi benarkan? Aku tak akan biarkan sahabatku hancur begitu saja.

"Tapi apa lo udah ngomong sama Aan?" aku menatapnya. Lalu memalingkan wajahku.

Jangankan ngomong, Aan sama sekali tak mau melihatku. Dia bahkan menghindariku. Aku menggeleng pelan. tapi rasa tak terimaku jauh lebih besar. Aku tak ingin ada satupun yang menyakiti Andara. Aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Keluargaku sendiri. Semenjak 2 tahun itu aku, mati-matian menjaga Andara. Aku gak ingin dia merasa sedih lagi. Aku hanya merasa Aan tak pantas bersedih.

Luke mengusap lenganku. Dan aku mendongak menatapnya. "Kalau kalian berurusan dengan perempuan. Biar perempuan yang menyelesaikan. Tak elite, kalau kalian yang cowok yang menyelesaikan."

"Perempuan? Siapa?"

"Jo, lo gak kangen 'dia'?" ucap Luke. Aku menyerengitkan alisku. Aku tidak paham apa yang di maksud oleh Luke. 'dia'? dia siapa?

"Well? bagaimana kalau yang mengurus ini adalah seorang cewek? Sepertinya sedikit pantas untuk pacar Adrian." Oke! Otakku tak mau bekerja. Aku tidak paham sama sekali apa yang menjadi pokok bahasan di sini.

" 'dia'? gue gak paham apa maksud lo, Luke!" ucapku.

Luke hanya tersenyum dan memandang Joana. Sedangkan Joana juga sama sekali tak paham. "Jo. Lo undang 'dia' ke sini. Paling gak sekalian jenguk Aan kan?"

Seperti terpikir wjah seseorang. Oh shit! gak mungkin yang di maksud Luke itu nenek lampir versi ratu itu! Aku menggeleng sekuatnyaa. Mengingat wajahnya saja bulu kuduku meremang. Rasa traumaku langsung hidup. "GAK! OGAH! GUE GAK SUKA NENEK LAMPIR VERSI RATU ITU!! GAK!!"

"Lo ngehina pacar gue atau gimana, Zen?" ucap Joana. Aku hanya tertawa. "Nggak-nggak. Gue bercanda. Lalu Adrian?"

"Itu biar mereka yang menyelesaikan. Kita gak ada hak. Asal kita panggil 'dia' saja." Aku mengangguk setuju dengan Luke. Mungkin pertunjukkannya akan makin seru kalau pemain dramanya bertambah. Well, weell. Aku gak sabar melihat bagaimana reaksi Cewek jalang itu ketika menghadapi 'dia'. kita liat kalau perkembangannya baik. Aku akan lepas tangan. Kalau buruk. Jangan harap aku bisa diam saja. Aku hanya tersenyum miring membayangkan 'dia' datang di sini.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu?"

Tiba-tiba kepala ku di tabok. Dengan reflek aku menatap Joana sinis. "LO! Lo! Lo udah tau pala gue mahal!! Bonyok guee beli kambingnya kagak pake daun woy! Lo enak banget main tabok pala orang!! Kalau kepala gue copot lo mau masangin?! Heh!"

[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang