pict: Adipura Joana Pravanta
..........................................................................................................
Dan benar seperti dugaanku. Kemarin bocah tengil itu tidak datang ke Reana untuk meminta maaf. Sifatnya yang menentang serta meremehkan itulah yang membuatku mengambil hukuman ini. Ini sangat pantas untuk di sandang olehnya. Aku sudah mencari tau asal-usul keluarganya. Mungkin ini akan menjadi lebih menarik. Aku tersenyum licik melirik kertas yang sudah ada di tanganku. Kemarin aku sudah meminta Revan untuk mengurusnya. Dan sekarang sudah ada di hadapanku. Benar saja, guru-guru sudah angkat tangan terhadap perilaku Adrian.
"Ngapain deh elo senyum-senyum gitu? Lo gak kesurupankan?"Aku tanyor aja kepala sangkleknya Zen. "Kepalaaaaaaa gggguuueeeee. Woy! Mahal!" kebiasaan Zen kalau kepalanya di tonyor pasti bilang gitu.
"Zen lo lebay amat." Kini Luke yang menanggapi.
"Yaelah kepala gue ini mahal! Ortu gue belikan 2 kambing buat kepala gue. 1 kambing itu mahal tau! Beli pake duit! Emang lo pikir duit tinggal metik?!"
"Sumpah lo alay, Zen." Joana menyerengit jijik.
"Ya kali lo ngepet." Ucap gue.
"Astagfirullah! Lo kira apaan?! Setan lo!" Zen nimpuk gue dengan buku catatannya.
"Elah. Elo sebut-sebut. Biasanya juga anying-anying!" ujar Joana.
"Woy, tobat, tobat. Wah. Elo kagak tobat-tobat. Neraka nyemplung lo."
Joana mendecih. "Gue mah selalu masuk syurga." Dengan bangganya sambil menepuk-nepuk dadanya di depandengan bangganya.
"Apus dulu tuh bokep di leptop ma hp lo, baru masuk surga. Ibadah yang tekun di gereja sana." Ucap ku dengan sarkastik.
"Elo ada dendam apa, nih Aan?" Joana natap aku dengan tajamnya.
Luke yang sedari tadi diam kini melerai kami. "Eh. Udahan. Balik ke pokok. Itu surat apaan Aan?" seakan tersadar mereka bertiga menghadap ke arah surat di tanganku. Aku hanya tersenyum miring memamerkannya ke mereka.
"Itu Revan kan yang kasih? Apaan? Soal OSIS lagi?" Joana menyerengit. "Hidup elo suram banget sih. OSIS mulu masalahnya."
Aku bangkit dari bangku dan menatap mereka satu per satu. Wajah mereka pengen banget aku injak-injak rasanya. "Lo-lo pada ikut? Gue ada sesuatu hal yang seru." Mereka hanya saling pandang dengan raut wajah penuh tanya. Tanpa memedulikan mereka menjawab atau tidak aku berbalik dan berjalan keluar kelas.
Langkah-langkah tergopoh-gopoh bisa aku dengar. Ternyata mereka pengen tau. Aku berjalan melewati sebuah taman. Yang menghubungkan koridor kelas 11 dengan koridor kelas 10. Di sana banyak sekali siswa-siswa yang menghabiskan waktu istirahat. Beruntung sekali istirahat kali ini panjang, karena adanya rapat tambahan para guru untuk mengevaluasi kurikulum dan 'dia' atas keputusanku.
Mereka yang sedang berbincang dan tertawa-tawa, kini mendadak mendiam. Koridor yang tadinya ramai, kini menjadi hening. Mereka memperhatikanku yang berjalan di koridor kelas 10. Banyak yang bilang mungkin menyangkut si troblemaker dan yeah. Aku ke sini untuk bertemu Adrian. Langkahku yang mantap dan tegas menuju kelas 10 D membuat seluruh perhatian kini tertuju padaku. Mereka seakan penasaran 'apa yang lagi yang akan ketos lakukan pada Adrian'. Cukup simpel. dan sedikit menarik.
Aku memasuki kelas 10 D. Dan, suasananya kini tak jauh berbeda dengan di koridor. Kelas yang awalnya ramai kini menjadi senyap. Semua mata penghuni kelas kini tertuju padaku. Saat pandanganku aku edarkan dan good Adrian sedang bersama para kumpulannya. Aku bisa melihat mereka saling tatap, mengingat mereka tak melakukan kesalahan apapun hari ini. Aku hanya tersenyum setelah memasuki kelas tanpa adanya sopan santun. Aku berdiri tepat di hadapan Adrian yang tengah menatapku dari bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)
Teen Fictionno descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.