*Sick*

19.5K 1.1K 56
                                    

pict: Adrian Gumeisar Atmojiraya

.............................................................................................................

Aku akhirnya bernafas lega setelahpelajaran hitung menghitung yang membuat otakku menguap panas. Terlebih pelajaran MTK adalah yang harus menyita fokus yang lebih. Selama 60 menit berselang dan berkutat dengan ribetnya hitung menghitung, kini bel tanda istirahat berbunyi. Bagaikan seperti menyegarkan pikiranku.

"Aaaahhh!! Akhirnya selesai juga. Gila. otak gue panas coy!" itulah komentar Zen.

"Lebay lo!" ucap Joana. Aku hanya terkekeh melihat kelakuan mereka. "Aan, lo ke kantin gak?" ucap Joana.

Aku tak memandangnya. Perhatianku masih terfokus pada pengumpulan kertas-kertas putih yang kini aku ambil di dalam tas, yang harus aku serahkan ke pak Jaedi sekarang selaku pembimbing OSIS. Tampaknya Joana juga Zen mengerti. "Gue rasa lo nyusul ja di kantin, gue ma Joana duluan." Aku hanya mengangguk dan membiarkan mereka pergi ke kantin lebih dulu.

Tapi perhatianku tersita pada sosok cantik yang kini berdiri di hadapanku. Aku mendongak mengalihkan perhatianku dari tumpukan kertas. Reana kini menatapku senyum juga cemas. Di genggamannya ada beberapa lembaran putih yang sama seperti milikku. Itu adalah laporan kegiatan taun kemarin.

"Aan, ini laporannya." Diapun memberikan laporannya terhadapku aku menerimanya dan langsung memasukkan ke dalam tas. Tapi aku masih memandang aneh pada Reana. Pasalnya dia masih berdiri tegap di depanku. Raut wajahnya kini berugah gugup.

"Ada apa?"

"Erm...itu, Aan. Lo di panggil bu Gina, di ruang BK." Aku menaikkan alisku satu tanda aku bingung. BK? Lagi? Aku menghela nafas untuk kesekian kalinya untuk minggu ini. Kalau aku sudah di panggil bu Gina maka hanya satu masalah yang ada di sana. Aku memijit pelipisku yang terasa pening. Ini menyebalkan. "Erm...elo...elo gak apa, Aan?"

Aku mendongak dan menatap wajah khawatir Reana. Aku mencoba memberikan senyuman tipis. "Gak apa. makasih ya. Gue akan ke sana setelah nyerahin laporan pada pak Jaedi." Akupun bangkit dan pamit pada Reana.

Langkahku kini menuju ruang guru untuk menemui Pak Jaedi, pembimbing OSIS, selaku guru kimia dan selaku wakil kepala sekolah. Aku melangkah ke dalam menuju ruangan pak Jaedi yang berada di dalam bilik yang terpisah pada ruang guru yang lain. Aku mengetuk pintu demi kesopanan.

"Oh, Andara. Masuk."

"Permisi pak. Saya kemari ingin memberikan laporan keuangan serta perincian peralatan yang ada di ruang OSIS. Untuk tahun kemarin." Ucapku dengan sopan.

"Oh yaa, yaa. Silahkan kemarin." Akupun menghampiri Pak Jaedi yang berkumis namun baik terhadap seluruh siswa. Dia terkesan sangat tegas, walau terlihat santai. Aku memberikan beberapa lembar laporan proposal pada Pak Jaedi. "Oh. Makasih ya."

Setelah menaruh dan memberikan proposal pada pak Jaedi. Kini aku melangkah dengan berathati pada ruang BK. Di mana 'masalah' itu selalu menjadi beban baruku. Aku memasuki ruang BK yang ada bu Gina dan Andrian di sana, dan satu orang cewek yang sedang menangis menutupi wajahnya. Memikirkannya membuatku semakin menahan amarah.

"Ah. Andara. Maafkan ibu ya selalu merepotkanmu. Tapi ibu, benar-benar lelah hari ini." Harusnya ibu juga tau aku juga lelah! Aku tersenyum dan duduk di sebelah gadis yang kini telah menangis.

Aku menatap Adrian dengan pandangan apa-lagi-yang-lo-lakuin. Tapi adrian hanya memalingkan wajahnya. Seakan dapat membaca pikiranku, Bu ginalah yang menjawabnya. "Adrian tadi mengintip ruang ganti perempuan dan mempelorotkan rok wanita di sebelahmu." Aku melotot. Menatap Adrian. Demi apa?! sumpah? Dia melakukan itu? Apa dia sudah gila?!

[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang