happy weekend. ahoo. waktunya para jomblo untuk kencan, eh, maksudnya para pasangan. :D
semoga cerita ini sedikit menghibur. ahaha.
idea by @BibiSong thanks for you. :D
Happy reading~
...................................................................................
Aku melangkah keluar dari kamar mandi lantai 2. Bukan karena apa, hanya aku sedang tak nyaman ada di lantai 1. Setelah selesai aku berjalan menuruni tangga. Aku memikirkan ciuman kak Yanuar. Di raut wajahnya terlihat kerinduan yang sangat besar, bersamaan dengan kesedihan itu sendiri. Aku mengusap-usap tanganku. Kalau andai aku membiarkan hubunganku dengan Adrian begitu saja, apa aku akan juga sama menyesalnya seperti kak Yanuar? Aku gigit bibir bawahku. Tentu! Tentu aku akan menyesal. Tapi...bahkan aku tak mengerti, apa yang mnjadi salahku.
Bagaimana aku harus bertindak? Bagaimana aku harus melakukan sesuatu? Kalau aku tidak tau apa pokok masalahnya? Kalaupun aku menjelaskan tentang kesalah pahaman saat di BK, apa dia mau mendengarnya. Aku eratkan kepalan tanganku. Aku merindukannya. Tubuh mungil itu. Aku merindukannya. Aroma mind yang selalu menyelimuti tubuh Adrian. Aku merindukannya. Ternyata menyakitkan bila harus menahan semuanya. Dadaku rasanya seperti di remas.
Saat aku berjalan di koridor, tanpa aku duga, pandangan mataku bertabrakkan dengan Adrian. Dia juga sedang menatapku. Tatapannya. Aku merindukannya. Aku merindukannya. Aku ingin sekali lagi kembali bersamanya. Tapi beberapa detik kemudian Adrian memalingkan wajahnya dan berlalu melaluiku begitu saja. Sakit! Sebenarnya apa salahku?!
Sekali lagi! Sekali lagi aku mau berusaha. Aku tak suka, bila keberadaanku di abaikan olehnya. Aku ingin dia menganggapku ada. Akupun berbalik dan berlari mencarinya. Kemana? Kemana perginya Adrian? Akupun berlari menuju kantin, tapi aku tak mendapatkan sosoknya. Kembali aku berlari, menuju lapangan outdoor. Tapi nihil, aku juga tak menemukannya. Di mana? Di mana?
Aku segera berlari ketaman belakang. Mungkin, mungkin dia ada di sana. Dengan cepat aku berlari. Setelah sampai, benar saja, Adrian sedang terduduk di dekat pohon akasia. Akupun tersenyum, dan melangkah menuju Adrian. Tapi langkahku terhenti saat aku mendengar suara.
"Karma, eh? Huh. Jadi ini karma eh? Bahkan lebih bagus bila gue kena karma. Hidup gue aja udah hancur, masih ada karma eh? Haha." Jantungku berdetak tak karuan. "Menggelikan. Semua selalu bilang, gue kena karma. Semua selalu bilang, gue yang salah. Heh! Mereka egois banget. Bahkan mereka tak mengerti apa bagaimana rasanya jadi gue."
Tubuhku mematung. Aku hanya berdiam diri di tempat. Inikah...inikah yang selalu menjadi beban pikiran Adrian? Tenggorokanku seperti di cekik dengan erat. Aku seperti tak dapat bernafas. Maaf. Maafkan aku.
"Haha. Bahkan orang yang gue cintaipun tak ada di samping gue." kini jantungku bagaikan di hunus beribu jarum. Sesak. Sakit. "Penjelasan? Mendengar penjelasan? Heh! Bahkan nggak ada satu katapun yang keluar darinya. Lo bahkan nggak ada usaha untuk menjelaskannya. Lo bahkan nggak ada saat gue terpuruk. Bahkan lo biarkan gue jatuh lebih dalam." Sakit! Dadaku terasa nyeri. Aku..aku tak peka. Aku tak tau bahwa Adrian membutuhkanku. "Astaga. Di sini gue yang sakit, di sini gue yang jadi korban. Entah mengapa....semua menyudutkan gue. Seakan-akan gue adalah tersangka."
Lari! Lari! Aku ingin lari! Aku ingin melarikan diri. Aku berusaha berbalik, dengan kakiku yang gemetaran. Lalu berlari menjauh dari Adrian. Aku nggak bisa melihatnya sekarang. Aku nggak bisa. Selama aku berlari jantungku berdetak lebih kencang. Menyakitkan. Rasanya menyakitkan. Jadi semua adalah salahku? Karena ketidakpekaanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I and You in Your Past (yaoi) (BxB)
Teen Fictionno descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.